Senin, September 13, 2010

Bahan Renungan

Bahan renungan

Ada pepatah Cina kuno mengatakan:

dengan MELIHAT, aku TAHU
dengan MENDENGAR, aku MENGERTI
dengan MENJALANI, aku PAHAM

Selalu bersyukur akan membuat kita bahagia.

Beberapa cerita berikut ini menggambarkannya...

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya
pada sopir pribadinya, "Bagaimana kira-kira cuaca hari
ini?" Si sopir menjawab,

"Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai." Merasa
penasaran dengan jawaban tersebut, direktur ini bertanya
lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu yakin?".Supirnya
menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak
selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya
selalu menyukai apapun yang saya dapatkan".

Jawaban singkat tadi merupakan wujud perasaan syukur.
Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan
bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai,
tenteram, dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur
akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa
kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.

Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita
inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.

Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan,
pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih
merasa kurang.

Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda
begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil
mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak
uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita
terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah
mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat.
Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi,
betapapun banyaknya harta yang kita miliki kita tak pernah
menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya.


Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya".
Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak hal,
tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka
miliki. Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan,
tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak
tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus
pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di
sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan
syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.


Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan,
pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan
menjadi lebih menyenangkan.


Seorang pengarang pernah mengatakan, "Menikahlah dengan
orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang
Anda nikahi." Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh
karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah
lama rusak.

Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki,
tapi tetap ceria karena masih bisa mempergunakan
tangannya. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan
mulai mengucap syukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah
adanya kecenderungan membanding-bandingkan diri kita
dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung.
Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai,
lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih
kaya dari kita.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari
rumput di pekarangan sendiri.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa.
Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam,
"Lulu, Lulu."

Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang
dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, "Orang ini jadi
gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu." Si pengunjung
manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut
melihat penghuninya terus menerus memukulkan kepalanya di
tembok dan berteriak, "Lulu, Lulu". "Orang ini juga punya
masalah dengan Lulu?" tanyanya keheranan. Dokter kemudian
menjawab, "Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan
Lulu."...

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa
yang kita miliki.Karena itu bersyukur merupakan kualitas
hati yang tertinggi.

Cerita terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang
terapung dilaut karena kapalnya karam, namun tetap
berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab,
"Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah
meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau
berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat
berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati
tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan
berjumpa dengan anak pertama saya di surga."


Sungguh temanku, rasa syukur itu memang sangat luuaar
biasa dan teramat sangat membahagiakan hati, meskipun memang terkadang sangat sulit meski hanya untuk bersyukur !

Tidak ada komentar: