Selasa, Februari 03, 2009

Putus! Segampang itu?

“Kamu pikir segampang itu?” suatu SMS mampir ke hape seorang wanita yang duduk di depan kmputer. Yang dia kerjakan sekarang bukan mengetik di keypad computer tapi menekan-nekan tuts telepon gengam dengan seribu perasaan gemuruh yang mampir di hatinya.
“Setidaknya kamu kasih solusi dong… bukannya hanya pasrah begini!” suatu SMS yang ketus.
“Aku mesti kasih saran apa sama kamu? Bukannya selama ini kamu selalu mengambil keputusan sendiri? Kenapa saat ini kamu butuh saran aku?” balasan SMS yang tidak kalah pedasnya kembali mampir di hape wanita itu. Wanita itu gerah dia berkali-kali memperbaiki tempat duduknya. Teman kerjanya datang membawa map-map rapi ke meja kerjanya tapi sama sekali tidak mendapatkan perhatiaannya. Perhatiaannya hanya terfokus pada tulisan di layar hape yang telah membakar bulir-bulir emosi dalam hatinya.
“Tega kamu jadi pacar! Setiap ada masalah kapan sih aku bisa andalin kamu?” tegas dan padat.
“Bukannya kamu yang tidak pernah kasih aku kesempatan untuk menyelesaikan masalah kamu?” jawaban yang kurang memuaskan.
Wanita itu meletakkan hapenya setelah sadar deheman teman seruangannya. Itu sindiran halus untuknya dan dia merasa. Setelah menyelesaikan beberapa paragraph surat yang hendak diketik, wanita itu mencuri-curi kesempatan untuk menekan tuts hapenya. Kayaknya dia telah menemukan kata-kata yang tepat untuk dituliskan.
“Selalu hanya itu yang menjadi alasan kamu setiap kali aku nuntut kamu untuk ada di samping aku.” Sebenarnya hal yang sepele. Kurang komunikasi dan kurang perhatiaan. Simple tapi selalu tidak pernah ada jalan keluarnya bila sedang dipeributkan seperti saat ini.
“Kamu yang tidak mau ngerti sama posisi aku. Aku tidak tau mesti jelasin gimana lagi sama kamu. Terus-terusan ini yang kita permasalahkan. Kenapa sih sedikit pun kamu mau tau posisi orang lain?” begitu keluhan yang dibalaskan oleh pria dengan jarak berpuluh-puluh kilometer disana. Entah dengan perasaan yang bagaimana? Apakah sama sedang gundah gulana Durjana atau malah tanpa ekspresi seperti biasa? Wajah tanpa ekspresi yang selalu saja membuat orang penasaran untuk menebak. Namun, selalu saja lebih banyak salahnya daripada benarnya.
“Aku hanya minta kamu ada untuk aku. Temani aku. Hanya itu, apakah itu terlalu berlebihan buat kamu? Mengapa kamu juga tidak mau ngerti posisi aku?” mulai panas dan inilah masalah utamanya. Waktu dan komunikasi.
“Kayaknya hal ini akan semakin melebar jika kita bahas. Aku capek.” Kata pria itu mencoba mengakhiri. Sekiranya ini masih terlalu pagi untuk membahas masalah yang simple itu. Pria itu menatap ke meja kerjanya dan segera menghela nafas berat.
“Tapi aku juga capek!” mengakhiri saat ini tidak akan semudah yang diucapkan dan dibayangkan.
“Bagus kalau kamu masih tau capek. Asal kamu tau bahwa aku lebih capek dari kamu. Sudah capek di luar aku mesti dengar lagi kamu ngomelin hal-hal yang sepele kayak gini. Aku jadi makin malas untuk melanjutkan hubungan ini.” Sekiranya mungkin ini adalah ucapan terakhir yang dapat membunuh lawannya untuk berhenti merengek waktu dan komunikasi untuk sementara. Apa musuh? Kenapa pacar bisa jadi musuh hanya karena tuntutan waktu dan komunikasi? Ups, aku belum menemukan jawabannya. Sorri, aku juga berkali-kali ingin bertanya kepada orang-orang yang mungkin pernah mengalami hal seperti ini. Disaat Anda sekalian sibuk dengan pekerjaan atau pendidikan Anda lalu pasangan Anda merengek untuk diperhatikan dan mengharapkan komunikasi yang akrab, bagaimana reaksi Anda?
“Kenapa sih kamu jadi marah-marah?” suatu reaksi spontan yang pasti diwarnai oleh ketidakpuasan atas balasan SMS barusan.
“Karena aku sudah cukup sabar menghadapi kamu selama ini. Aku yang selalu mengalah untuk kamu tapi kamu selalu saja mengulang-ulang pertengkaran dengan topic yang sama.” Klise menurut aku. Basi! Kenapa selalu saja akan berakhir dengan kata-kata memuakkan seperti ini?
“Baik lah lebih baik kita Putus! Lupakan aku untuk selamanya…”
“Kamu yakin dengan keputusan kamu?”
“Iya, aku yakin.”
“Baiklah jika memang itu mau kamu. terima kasih telah menemani aku dan memberi warna dalam kehidupan aku selama ini, walaupun akhirnya harus meninggalkan kenangan hitam. Terima kasih telah membangun mimpi bersama aku walaupun akhirnya mimpi itu harus aku pendam dalam-dalam. Maaf jika masih banyak mimpi yang belum bisa kita wujudkan bersama.”
‘Baby, aku inginkan putus! Baby aku tidak sanggup lagi denganmu….
Aku ingin begini, kamu ingin begitu… nggak nyambung lagi…
Nggak yambung lagi…
Bete-bete-bete-bete. Ach, basi-basi-basi-basi loh!’ hehehe… kok mirip banget sama lagu Putus-nya Dewiq feat Ipank sih?
Yah begini lah cinta tak selamanya berarti indah atau tak selamanya manis. Ada saatnya datang dan ada saatnya pergi. Jika melepaskan dan melupakan adalah jalan yang terbaik disaat semua tidak lagi dapat diselesaikan maka biarkan saja orang itu pergi. Karena mempertahankannya sama juga tidak akan membuat kamu atau pun dia lebih baik. Jika melepaskan adalah pilihan yang terbaik mungkin semua akan terasa berat di awal perjalanan namun akan semakin ringan setelah di jalani. Sebab, kita tidak akan pernah tau di sepanjang kita menjalani hidup ini, apa yang akan terjadi? Siapa yang akan kita temui? Dan apa yang akan kita peroleh? Satu aja saran aku jika memang Anda memutuskan untuk mencintai Anda juga mesti punya segenap kekuatan untuk kehilanggan suatu hari nanti. Jadi selamat mencintai dan selamat putus aja deh bagi yang sedang putus. Hehehe….

Tidak ada komentar: