Selasa, Agustus 18, 2009

Dikesunyiaanku

Di kesunyiaanku ini, baru aku sadar bahwa tidak ada yang paling berarti selain berada di antara orang-orang yang kita sayangi tidak peduli walaupun dalam keadaan sesusah apapun. Itu lebih membahagiakan, lebih menenangkan daripada hidup sendirian sebahagia apapun tetap merasa hampa.
Aku pikir aku akan bertahan hidup hanya dengan modal kuat uang, tenaga, pikiran dan sarjana yang kumiliki, ternyata semua itu tidak cukup membuatku hebat untuk bertahan hidup ditenggah kerasnya dunia luar. Percaya atau tidak, ini semua begitu bermakna… sekarang aku sadar, dengan lari dari hampanya Medan dan sekarang aku lost in Pekan Baru.
Niatku dalam hati ternyata didengar Tuhan dengan sangat baik. Dia memang tidak menjawabku dengan segera, dia telah memberiku jalan yang sangat manis untuk dilalui. Dia tidak serta-merta mengabulkan doaku dalam hati karena dia tau kapan saat yang paling tepat buatku mendapatkan sama seperti doa-doaku.
Di saat skripsiku telah selesai, kuliah pun lulus dengan nilai cemerlang, aku akhirnya berani mengambil keputusan yang sama dengan doaku… pergi sejauh-jauhnya dari Medan. Aku ingin mencari kehidupan baru, melupakan semuanya yang begitu menyakitkan di Medan, mencari ilmu dan nafkah. Inilah jalan yang manis yang Tuhan berikan padaku. Dia memudahkan aku dalam perjalanan ke Pekan Baru. Mungkin Tuhan juga tau ketegaran dan kepahitan yang aku pendam selama ini selama di Medan.
Siapa sih yang tahan patah hati kemudian ambruk tanpa sedikit pun rasa kasihan?! Di mana cinta yang dulu sempat digembar-gemborkan sampai-sampai janji untuk menikah segala. Aku terlalu berharap banyak… kemudian jatuh… BRuuaaakkkk!!! Aku terjatuh ke dalam jurang terdalam yang gelllllaaap…
Aku sendiri tidak mampu melihat dunia ini, hatiku gelap tertutup dengan kebencian terhadap Cinta yang terasa begitu kejam padaku. Dia membawa aku ke dunia yang terasa seperti mati. Ya, jadi lah aku hidup seperti mayat. Bernafas dan beratifitas tapi sama sekali tidak berjiwa dan berasa. Hari-hari hanya diisi dengan emosi, marah, benci, keangkuhan dan tinggi hati. Aku hanya memakai topeng kelebihanku, memolesnya sedemikian rupa agar aku Pe-De kembali bergaul. Aku berharap tidak terpuruk lebih dalam dalam Cinta yang menyedihkan itu. Cuman, semakin aku berusaha ternyata semakin pula aku membencinya, ketakutan dan memikirkannya. Entah mengapa aku begitu mencintainya, memikirkannya…? Sungguh, seandainya saja dia bisa mengerti juga diriku semua akan baik-baik saja dan aku yakin dia lah orang yang tepat untukku. Sayang, itu hanya mimpi yang tidak pernah terjadi dan sesuatu hal bodoh untuk diharapkan.
Bukan cuman itu, keluarga yang tidak harmonis, ekonomi yang morat-marit. Dan persoalan-persoalan Rumah Tangga lainnya yang tidak etis untuk diceritakan selalu menjadi nitemare yang menakutkan. Aku trauma tinggal di rumah. Selalu merasa tidak safety, tidak comfort, dll. Semua itu membuatku terus berpikir kapan Tuhan akan melepaskan aku dari sana?
Aku hanya orang naïf yang pengen lari dari masalah, berusaha pergi sejauuuuuh-jauhnya, menghindarkan mata dari pemandangan yang menyakitkan, menutup telinga dari semua keributan, menutup mulut supaya tidak hanya mengeluarkan kata-kata kebencian. Aku hanya pengen jadi orang yang lebih baik. Dan Tuhan telah memberikan jalannya kepadaku. Ini lah jalan terbaik yang harus aku ambil dan segala resikonya telah aku jawab dengan berani untuk menanggungnya. Biarpun kehidupan di Pekan Baru mungkin akan lebih susah, keras daripada di Medan tapi di situ lah pelajaran EMAS yang selalu akan aku syukuri.
Setidaknya, aku belajar bagaimana me-maintain diriku sendiri? Belajar bagaimana men-take care diri sendiri? Karena no body’s can very understand, beside urself. Setidaknya aku belajar bagaimana kerasnya dunia ini sebenarnya.
Aku tau sebenarnya aku dilahirkan tidak untuk hidup susah. Aku menyadari itu, bagaimana, tidak? Walaupun Papaku sekarang stroke then tidak kerja, tapi biaya kuliah dan semua asset yang aku miliki saat ini mampu aku beli dari gajiku yang tidak seberapa. Lain lagi biaya hidup bulanan rumah, buat diriku sendiri include waste money for shopping and buy text book or the other expenditure in campus. Huh, kadang-kadang aku binggung juga darimana semua uang itu datang, kok dibilang susah tapi sampai sekarang aku punya saving dalam jumlah aman. Walaupun tidak banyak-banyak amat. Ini sudah lebih baik daripada teman seSMA aku yang belum tentu punya semua yang aku miliki walaupun kami sama-sama bekerja dan berpenghasilan yang sama.
Walaupun begitu, aku tidak serta merta menjadi takabur dan menyerah lalu bahagia dengan apa yang telah aku miliki. Aku mau mengejar yang lebih. Ini lah saatnya aku mengumpulkan kembali uang yang telah aku habiskan buat kuliah. Dan aku harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Bekerja dengan sebaik-baiknya, dan tentunya tidak melulu aku kemudian menjadi orang yang kaku.
Di sini aku membuka hatiku selebar-lebarnya, mentegarkan niatku sekuat-kuatnya dan aku akan berteriak pada dunia, I CAN SURVIVE! Doaku hanya 1 ; semoga jalan yang aku pilih ini tidak memberatkan siapapun dan orang-orang yang sedang aku tinggalkan sementara waktu juga dikuatkan, dipelihara dalam kecukupan materi dan kekuatan untuk menjalani hari demi hari. Begitupun aku. Aminnnnn….
Pekan Baru, 14 July 2009

Tidak ada komentar: