Rabu, Desember 31, 2008

Curhat jutek

Aku tidak tau kenapa berubah jadi jutek begini? Apakah aku sedang mengalami gangguan jiwa? Sebenarnya aku punya sekian banyak masalah yang tidak bisa aku ceritakan sama orang lain. Mulai dari masalah orang tuaku yang miskin dan ayahku yang sakit-sakitan, ibuku yang setiap hari ngomel dan membuatku suntuk bukan main. Belum lagi melihat abangku yang tinggal satu rumah walaupun sudah berumah tangga. Waduh, ternyata membina suatu rumah tangga tidak lah gampang ya? Begitu banyak rintangan yang mungkin saja terjadi. Mulai dari urusan mertua, ururusan suami-istri, belum lagi bagi yang sudah punya anak? Hidup terasa makin kompleks. Itu semua membuat aku takut berumah tangga. Takut seperti abangku yang sekarang ketar-ketir mengurusi rumah tangganya. Tau tidak sih setelah berumah tangga cinta hanya sebuah gantungan asa yang kadang lebih banyak diruntuhkan oleh realita hidup di dunia ini tidak ada yang gratis alias mesti punya duit.

Kejam sekali bukan? Sewaktu masih pacaran, abang-adek sayang… setelah menikah apa? Sama sekali tidak akan mudah memanggil abang atau adek sayang kalau perut tak makan? Betul kagak?

Emang sih aku belum menikah cuman yang aku lihat sudah terlalu banyak jadi seperti sudah tidak berhasrat lagi membina rumah tangga. Lalu mau jadi apa aku? Jadi perawan tua? Perduli amat?

Meski dalam hati yang paling dalam masih aku dambakan seorang laki-laki yang dewasa yang penuh kasih sayang, mapan, mandiri, dari intelek, dari keluarga yang utuh dan bahagia. Istilahnya aku ingin memilih laki-laki yang memang telah teruji bibit, bebet, dan bobotnya. Lalu timbul lagi pertanyaan, apa ada laki-laki yang sedemikian sempurnanya? Lalu aku dengan bijaksana menjawab, setidaknya pasti ada lah yang mendekati yang aku inginkan.

Jujur saja aku telah berkali-kali salah pilih. Sebenarnya ini juga lah yang membuat aku malas berumah tangga. Selain sering gagal dalam percintaan aku juga bukan lah wanita yang sempurna cacat fisik. Sebelah tangganku cekot. Baik lah, itu lah kenyataan pahit yang menjadi dinding pemisah selama aku mau serius menjalani hubungan. Jika ada aku dengar kata-kata yang membesarkan hatiku seperti, ‘pasti selalu ada seseorang yang diciptakan untuk seseorang’, atau ‘jika memang dia sayang sama kamu pasti dia akan menerima kamu apa adanya’ baiklah, jika memang itu benar. Sampai hari ini aku juga belum menemukan sosok yang demikian. Laki-laki masih melihat penampilan itu wajib diperhitungkan untuk mencari calon istri. Kalian tau itu artinya apa? Aku akan menjadi kesekian orang yang harus sabar menunggu jodohku.

Tragis memang. Sebenarnyaseorang sarjana seperti aku tidak boleh hidup dalam kepersimisan. Cuman, memang selalu itu lah yang terlintas di pikiran aku. Aku memang butuh psikolog tapi aku tidak sanggup membayar biaya yang diminta. Apalagi seperti yang tadi aku bilang, tidak ada yang gratis di dunia ini.

Cerpen bagi yang suntuk

Cintaku di atas diary kusam dan Pocket diary

Cerpen oleh Silvia Pinny

Diary Maya,

Pernah ngalamin yang namanya nervous saat ketemu orang yang kita suka? Atau tiba-tiba tidak bisa ngomong saat udah ketemu gebetan? Aku sudah mengalaminya beberapa kali, beberapa hari ini. Aku merasa mati kutu pagi itu ketika dia menyapaku duluan di kantor . Ketika itu aku baru mau masuk dan dia mau keluar. Hampir saja kami bertubrukan namun untung hal itu tidak terjadi kalau saja terjadi, ya ampun akau tidak bisa membayangkan bagaimana merahnya mukaku.

Hari ini aku beruntung ketemu dia lagi. Ketika aku cuci tangan di wastafel, eh dia malah keluar dari kamar mandi sambil menanyakan kabar. Gimana jantung aku bermain-main di kecepatan 120 Megabite coba, sekarang orang yang aku taksir menanyakan kabar dengan ramahnya ke aku?

Aku kesenangan dan malu-malu menangapinya. ‘baik’, jawabku. Setelah itu basa-basi pun diteruskan… Obrolan baru terhenti ketika ada staf lain yang hendak masuk kamar mandi. Eh, si-dia langsung nyeloyor pergi. Aku agak kecewa sih dengan sikapnya.

Baiklah mari kita lanjutkan rutinitas kantor yang melelahkan. Setengah hari berlalu aku belum melihatnya ada di dalam ruangannya. Kemana dia? Padahal ada berkas-berkas yang harus ditanda tanganinya segera. Aku menghela nafas sebentar lalu duduk santai di kursi tamu sambil menunggunya kembali.

Beberapa saat kemudian, rombongan tamu dan dia masuk ke ruangan. Huff, kayaknya bakal tidak ada waktu lagi nih membaca berkas-berkas yang telah aku siapkan. Aku membereskan kembali berkas-berkas itu ke dalam map dan mau bersiap-siap balik ke ruangan namun segera saja dia memanggilku. “Sil, hari ini kamu bisa kan pulang agak malam?”

Agak ragu aku menjawabnya dalam hati aku bertanya, ‘buat apa?’

Dia rupanya cepat tanggap dengan kerutan di wajahku, “Bantu aku mempersiapkan meeting untuk malam ini. Bisa?” katanya.

Aku menelan ludah. Yuks, pahit sekali. Matanya memelas ke aku membuatku luluh seketika. “Baiklah.”

Thanks. Kamu Bantu aku buat proposal ini dulu. Aku tunggu yah kalau sudah siap,” katanya lalu balik ke ruangan.

“Lembur nih, yeee…,” ejek teman yang lain. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum sinis.

Semua sudah pulang dan aku masih berkutat diantara sekian banyak kertas-kertas yang harus aku baca ulang dan aku analisis agar mendapatkan main point pengajuan proposal. Tubuhku kelelahan maka aku pun putuskan berhenti sesaat. Aku menuju dapur dan membuat secangkir kopi untuk menambah tenaga. Aku menghiruppelan-pelan aroma kopi sambil duduk santai di ruanganku.

Tiba-tiba dia masuk dan langsung mengelus rambutku lalu berkata, “ngantuk yah? Sorry nih ngajak kamu lembur.”

Aku agak terkejut dia sekarang ada di belakangku dan tadi malah berani mengelus rambutku. Seketika adrenaline darahku berdesir cepat dan mulai grogi. Aku cepat-cepat meletakkan cangkir itu dan melanjutkan pengeditan proposal.

“Sudah siap?” tanyanya lagi. “Sudah. Tinggal edit beberapa kalimat saja,” jawabku tanpa melihatnya ke wajahnya.

“Aku tunggu yah. Oh ya, mau dong rasain kopi buatan kamu,” katanya nakal.

Aku hanya tersenyum.

Sesaat kemudian aku kembali bersemangat. Entah ini pengaruh dari kopi atau dari kata-kata yang baru diucapkannya? Entah lah…

“Ko, proposalnya sudah selesai. Aku boleh pulang dulu?” tanyaku sambil menyerahkan map berisi proposal yang tadi ditugaskan kepadaku.

“Kamu tunggu bentar lagi nanti biar aku yang antarin kamu pulang. Ok?” tanyanya menunggu persetujuanku.

“Masih lama tidak, Ko? Soalnya aku masih mau ngajar les sepulang ini,” kataku tegas.

“Ya, setelah presentasi beberapa saat meeting juga akan selesai. Paling lama juga 1 jam lagi. Masih bisa tunggu?” tanyanya lagi tidak kalah menyakinkan aku.

“Ok lah,” jawabku malas-malas.

Waktu berputar lebih cepat. Ternyata presentasi tidak selama yang aku kira. Dia sudah mengemas barang-barangnya berarti sudah waktunya untuk bersiap-siap pulang.

Aku menguap panjang dan tidak dapat menyembunyikan kantuk di mataku. Dia menertawai aku karena lingkar di sekitar mataku hitam membuatku lebih mirip panda daripada seorang wanita cantik di hadapannya. Maklum aku adalah tipe pekerja keras yang bekerja siang dan malam. Siang sebagai pegawai kantoran dan malam sebagai tenaga pengajar les tambahan bagi siswa-siswi Sekolah Dasar. Melelahkan memang apalagi jika perusahaan mengharapkan aku lembur.

Aku hanya bisa ikut menertawai diriku sendiri.

Catatan Ebigo,

Aku adalah anak dari Bapak Jhonson Ansori dan Nyonya Suriati, presiden direktur sebuah pabrik ban nasional yang memiliki beberapa cabang di kota-kota besar seperti Bogor, Padang, Medan, Surabaya, Sidomulyo, dan kota lainnya. Aku dipercayai orang tuaku untuk mengurus pabrik yang ada di Medan. Dan setelah ayahku meninggal semua masalah pabrik total aku yang tangani. Semula aku memang merasa berat namun meninggat selama ini pabrik dijalankan oleh karyawan dan staf yang berdedikasi tinggi membangun pabrik ini, aku pun semakin tergerak untuk menjadikan pabrik ini pabrik yang besar dan lebih maju daripada yang pernah ayah saya lakukan.

Dulu memang aku sama sekali tidak berhasrat untuk terjun langsung di usaha yang telah ayah bangun ini. Aku ingin maju sendiri di bidang yang aku sukai yaitu Teologia. Aku suka berbagi, aku suka melayani, aku suka mengabarkan injil bukannya berkutat dengan masalah pabrik yang banyaknya minta ampun. Namun, memang semua pasti adalah rencana Tuhan. Semua pasti bergerak atas susunan rencana dari Tuhan. Aku dititipkan ayah untuk ditempa di pabrik ini. Dan, memang itu lah yang diinginkannya. Dia meninggal setahun setelah aku dipercayai mengurus pabrik yang di Medan ini.

Aku memimpin pabrik ini dengan style aku sendiri. Itu makanya aku dekat dengan beberapa staf. Tapi, aku tentu tidak bisa membohongi naluri aku bahwa aku juga butuh pendamping. Di usiaku yang hampir memasuki kepala 3 tentu aku khawatir. Sesuai dengan yang tertulis dalam injil bahwa setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan, aku juga menyakini bahwa Tuhan sudah merencanakan jodohku. Tapi, apa semua itu bisa aku dapatkan jika hari-hariku selalu saja disibukkan oleh pekerjaan melobi dan mencari usaha agar bisnis ini semakin kuat dan dikenal oleh masyarakat?

Tentu Tuhan pun tidak menstujui bahwa jodoh itu hanya ditunggu sampai datang sendiri. Aku bukannya tidak berusaha namun kayaknya memang susah buatku untuk dekat dengan orang lain atau mungkin susah juga buat orang lain mendekatiku dengan alasan gap ekonomi, misalnya.

Aku dulu tertarik pada staf Accountingku yang bernama Lisda. Dia cantik, pintar dan berkepribadiaan menarik. Namun, sayang… terlalu banyak yang mencampuri urusan percintaan kami dengan pekerjaan. Banyak yang mempermasalahkan status pegawai dengan anak bos. Padahal, aku telah beberapa kali meyakinkannya agar jangan mempermasalahkan itu. Toh, aku mencintainya dengan tulus. Di luar dari statusku yang anak bos aku hanya seorang laki-laki biasa. Lama-lama dia terpengaruh juga dengan pembicaraan orang-orang sekitarnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk keluar dari kantor dan tentunya memutuskan hubungan kita.

Sekarang, aku punya target untuk diriku sendiri bahwa minimal tahun depan itu aku mesti naik pelaminan dengan wanita idamanku. Makanya aku mulai membuka diri untuk sosok wanita. Tidak banyak sih yang menarik perhatiaanku. Namun, ada satu yang aku harap nanti bisa menjadi pengganti Lisda di hatiku. Maya namanya. Usianya memang 10 tahun lebih muda daripada aku. Dia manis, pintar, dan tipe pekerja keras. Sama denganku. Aku suka dengan sikapnya yang dewasa dan sifat keingintahuannya yang besar. Dia sosok yang tepat untuk aku ajak diskusi baik tentang perusahaan bahkan perekonomian dunia. Memang, aku sedang berusaha mengirimkan sinyal-sinyal kuat kepadanya. Aku harap sih, sedikit banyak dapat diterima oleh stasiun penerimanya dengan baik. Hehehe….

Tapi, memang tidak akan mudah baginya dan bagiku untuk menyesuaikan diri. Walaupun secara hati aku mau menerimanya dengan apa adanya namun tetap saja lingkungan ini menyiksaku. Ada yang bisa kasih aku ide tidak bagaimana agar aku bisa menepis yang namanya status ekonomi ini? Ada yang bisa bantu aku agar aku bisa mengatasi gap yang cepat atau lambat pasti akan dirasakan Maya?

Hah, mudah-mudahan aku segera ketemu dengan seorang penasehat cinta….

Apakah Anda sedang jenuh di tempat kerja?

Anda merasa jenuh bekerja? Ingin keluar dari tempat kerja Anda sekarang? Atau ingin berganti profesi? Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah indicator padamnya gairah kerja seseorang. Dan hampir setiap orang pernah mengalami perasaan-perasaan seperti itu dalam perjalanan karier mereka. Bagaimana dengan Anda?

Ikutilah kuis dari Baptist Hospital East’s Center for Behavioural Health, sebuah lembaga yang berkecimpung di bidang kesehatan di tempat kerja yang berpusat di Amerika, berikut ini. Beri tanda untuk tiap-tiap pernyataan yang Anda rasa cocok.

  1. Saya merasa putus asa dan terjebak pada pekerjaan sekarang.
  2. Saya bosan dengan tugas-tugas dan bersosialisasi dengan pekerja lain.
  3. Saya gampang marah dengan sesama pekerja atau pelanggan perusahaan.
  4. Saya sinis pada perkerjaan, pelanggan atau perusahaan tempat bekerja.
  5. Saya ingin perubahan pada rutinitas sehari-hari.
  6. Saya kurang peduli pada apa yang terjadi di lingkungan kerja.
  7. Saya sulit berkonsentrasi pada tugas-tugas atau pekerjaan tertentu.
  8. Saya menyibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas remeh untuk menghindarkan diri dari tanggungjawab yang lebih besar.
  9. Saya biasanya peduli dengan orang lain, tetapi sekarang lebih menyibukkan pikiran dengan kesehatan, karier, dan kesenangan pribadi.
  10. Saya sering capek di tempat kerja dan sulit untuk rileks.
  11. Saya ragu apakah pekerjaan saya benar-benar memberikan kontribusi pada pelanggan, teman kerja, atau kelaurga saya.
  12. Saya merasa hampir kehilangan profesionalitas dan kepercayaan diri.
  13. Saya sering malas bangun pagi, sebab selalu terbebani dengan kewajiban untuk segera berangkat kerja.
  14. Saya tidak mau mendengar keluhan dari teman-teman kerja saya. Dan sering bilang, “Kenapa sih terus menganggu saya?”
  15. Saya merasa tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pada perusahaan.
  16. Saya hanya mengukuti arus pekerjaan, menunggu pergantian shift, pekerjaan baru, atau menunggu dipecat. Dan sering bilang, “Saya tidak perduli!”
  17. Saya sering pasrah, sebab rasanya mustahil menyelesaikan problem-problem pekerjaan.
  18. Saya sulit mengambil keputusan, sebab teman kerja atau bos sering menguasai semua pekerjaan.
  19. Saya kehilangan antusianisme bekerja. Dan sering bertanya, “Bagaimana masa depanku nanti?”
  20. Saya sering menggunakan sakit sebagai alasan untuk bolos kerja.

Penilaian:

Jika Anda memberi tanda kurang dari lima, kejenuhan Anda masih dalam taraf normal. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mengembangkan beberapa teknik untuk mengurangi stress dan mencegah Anda semakin larut dalam kejenuhan. Misalnya, menjalin hubungan-hubungan baru yang lebih hangat, menciptakan tantangan-tantangan baru. Berkonsultasi dengan bos Anda, atau meluangkan waktu khusus untuk berwisata.

Dan jika Anda setuju pada lima atau lebih pernyataan-pernyataan di atas,mungkin Anda perlu berintropeksi dan melihat lebih dalam lagi pada diri Anda untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang Anda inginkan. Semakin banyak Anda memberi tanda setuju, kejenuhan Anda semakin berbahaya.

Dan jika Anda setuju pada semua pernyataan di atas, Anda perlu mempertimbangkan untuk keluar dari tempat kerja Anda sekarang atau beralih profesi. Intinya, tata kembali hidup Anda dan jangan takut menghadapi perubahan hidup!

Never Give Up Quotes

By Thomas A.Edison

Kelemahan terbesar kita adalah saat kita menyerah. Satu-satunya jalan untuk meraih keberhasilan ialah mau encoba sekali lagi.

Aku tidak gagal, aku hanya menemukan 10.000 cara yang tidak berhasil.

Banyak kegagalan hidup terjadi pada orang-orang yang tidak memahami betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah.

Selalu ada cara untuk melakukannya lebih baik lagi- temukan cara itu!

Hanya karena sesuatu tidak berjalan sesuai rencanamu, bukan berarti hal itu tidak berguna.

Siapa dirimu tercermin dari apa yang kamu lakukan.

“Be courageous! Have faith! Go forward!”

Happy New Year

Happy New Year

Life is a game, play it.

Life is a challenge, meet it.

Life is an opportunity, capture it.

Attention please

Happy New Year

Life is a game, play it.

Life is a challenge, meet it.

Life is an opportunity, capture it.

Belajar jadi Tukang ledeng berikut ini

Cerita ttg tukang ledeng


> > It's So Amazing

> > Suatu hari bos Mercedez Benz mempunyai masalah dengan kran air dirumahnya
> .
> > Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh . Atas
> > rekomendasi
> > seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng untuk
> > memperbaiki kran
> > miliknya . Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari kemudian karena si
> tukang
> > ledeng rupanya
> > cukup sibuk . Si tukang ledeng sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon
> > adalah bos pemilik
> > perusahaan mobil terbesar di Jerman .
> >
> > Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi mr.Benz
> > untuk menyampaikan
> > terima kasih karena sudah bersedia menunggu satu hari lagi . Bos Mercy-pun
> > kagum atas pelayanan
> > dan cara berbicara pak tukang ledeng .
> >
> > Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah Mr.Benz
> > untuk memperbaiki
> > kran yang bocor . Setelah kutak sana kutak sini , kranpun selesai
> > diperbaiki dan pak tukang ledeng
> > pulang setelah menerima pembayaran atas jasanya .
> >
> > Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz
> > untuk menanyakan apakah kran
> > yang diperbaiki sudah benar-benar beres atau masih timbul masalah ? Mr.
> > Benz berpikir pasti orang ini
> > orang hebat walaupun cuma tukang ledeng . Mr. Benz menjawab di telepon
> > bahwa kran dirumahnya sudah
> > benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan pak tukang
> > ledeng ..
> >
> > Tahukah anda bahwa beberapa bulan kemudian mr. Benz merekrut si tukang
> > ledeng untuk bekerja di
> > perusahaannya ? Ya , namanya Christopher L.Jr . Saat ini beliau adalah
> > General manager Customer Satisfaction
> > and Public Relation di Mercedez Benz !
> >
> >
> > Jangan lupa dan aplikasikan dalam tingkah laku sehari hari :
> > 1. Masukkan hanya informasi dan nasehat bergizi untuk otak kita . Jangan
> > pernah memberinya sampah .
> > 2. Jangan sampai rasa takut mengalahkan kita . Hadapi dia face to face !
> > 3. Tersenyumlah dengan tulus hingga gigi kita terlihat dan Jadilah orang
> > yang menyenangkan .
> > 4. Selalu tambahkan keju dan pelayanan terbaik walaupun itu tidak diminta

Sabtu, Desember 13, 2008

Datting

















Cerpen bagi yang cari alternatif hiburan

Suara hentakan kaki dengan irama teratur terdengar menyatu dengan gemerincing dari gelang tangan yang dipakai perempuan yang sedang berjalan di antara lorong-lorong gedung. Perkuliahan sudah dimulai dan ini adalah kesekian kalinya dia terlambat. Dosen yang sama, waktu yang sama dan alasan yang sama.

Ketika hampir sampai di ruang kelas, dirasakan darahnya berdesir cepat dari ujung kepala ke ujung kaki. Temannya segera memberi kode agar perempuan itu masuk ketika melihat perempuan itu masih berdiri kaku disamping pintu.

Perempuan itu mundur selangkah, menarik badan lalu duduk di bangku kayu panjang di samping pintu masuk. Dia menolak ide yang diberikan temannya. Pikirannya terbayang akan kejadian minggu lalu dimana dia ditegur oleh dosen itu karena alasan yang sama.

Perempuan itu sesekali mengintip ke dalam kelas. Ruangan sudah penuh, keluhnya.

Tiba-tiba dari dalam kelas terdengar teguran kepada temannya yang tidak konsentrasi mengikuti perkuliahan yang diberikan-tentu saja hal itu-semakin menciutkan nyalinya.

Perempuan itu berdiri, hendak mengintip lagi nasib temannya, namun tanpa disadari sekarang dosen itu malah ada dihadapannya.

“Kamu tau jam berapa ini?” tanya dosen itu keras.

“Kalau memang tidak mau masuk kelas saya, saya harap kamu tidak mengganggu teman yang lain yang sedang mengikuti perkuliahan yang saya berikan. Mengerti?” tanyanya kembali.

“Mengerti, Pak,” jawab perempuan itu sambil tertunduk. Malu sekali.

Dosen itu kembali ke dalam kelas dan setiap pasang mata menatap perempuan itu prihatin. Tapi, itu tidak berlangsung lama karena semenit kemudian dosen itu sudah kembali sibuk dengan materi perkuliahan.

Perempuan itu menyingkir, dia berjalan lemas ke kantin. Dia duduk di bangku lipat sambil memperhatikan sekitar yang sepi. Beberapa saat kemudian sebuah pesan singkat masuk ke hapenya,.

Cinta, lain kali cuekin saja dosen pemarah itu. Aku jadi malas ngikutin pelajarannya. Ternyata dia tidak sesempurna yang kita bayangkan. Dia kasar dan pemarah.

Perempuan itu tersenyum. Dia tahu pesan pendek itu dikirim oleh siapa. Reina tentunya, sobat yang yang dikenalnya sejak masa orientasi kuliah. Walaupun, Reina suka ganti-ganti nomor Hape tapi Cinta tetap bisa mengenali gaya penulisan pesan pendek Reina yang khas. Hebat juga tuh anak bisa smsan di ruang kelas Pak Tanadi, pujinya.

Cinta menggigit bibir tipisnya.

“Hai,” sapa seorang cowok yang entah darimana asalnya? Dia tiba-tiba muncul dan sekarang sudah berada tepat di hadapan Cinta sambil menyodorkan minuman kaleng.

Cinta melihat ke wajahnya sebentar lalu cuek, membiarkan tangan kekar itu terus terjulur.

“Kenalin namaku Tandri. Sendirian aja? Ambil dong minuman ini, aku sengaja belikan untuk kamu,” katanya.

Cinta meraihnya ragu-ragu, “iya. Makasih.”

“Boleh tidak aku duduk sini?” tanyanya sambil menunjuk ke bangku yang ada di sebelah Cinta. Cinta hanya menanggapi dengan dingin. Tanpa menunggu lebih lama cowok itu langsung duduk bersebelahan dengan Cinta.

“Bolos yah?” tanyanya kembali seperti tidak kapok dicuekkin.

“Kamu fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi semester 6 kan?” cowok itu mengungkapkan identitas Cinta dengan tepat.

Jangan bilang dia pun tau namaku, pikir Cinta.

“Cinta Friska Wulandari kan? Maaf kalau ejaannya salah,” katanya lalu tersenyum.

Cinta hanya membalasnya dengan senyuman kecut.

“Aku Tandri. Mahasiswa hukum semester 8. senang berkenalan dengan kamu.,” katanya sambil menyerahkan tangan untuk disalami.

Mata Tandri yang teduh menyeret beribu-ribu adrenalin dari kaki untuk singgah tepat di jantungnya. Dan tanpa sadar otak Cinta tidak berkompromi dan malah memerintahkan agar tangannya tergerak untuk menerima uluran tangan kekar itu.

“Sekarang jam berapa sih?” tanyanya lagi dan lagi.

“Jam enam lewat,” kata Cinta lalu menyeruput minuman kaleng yang tadi disodorkan.

“Lewat mana, Cin? Lewat Belawan atau Amplas?” banyolnya lalu di tertawa kegirangan, sendiri.

Cinta mendelik ke arahnya, pertanda bahwa tidak ada yang lucu. Tapi, Tandri malah senyum lagi lalu berkata dengan santainya, “Kamu tipe serius atau stress mikirin tadi tidak dikasih masuk kelas?”

Kenapa cowok ini tau semua tentang diriku? Lama-lama nyebelin juga, sergah Cinta dalam hati.

Cinta mulai tidak tahan. “Satu-satunya yang aku minta sama kamu sekarang adalah jangan ganggu aku!” sentak Cinta.

Tandri hanya membalas dengan senyum (yah, lagi) dan dengan santai berdiri, “maaf yah kalau merasa terganggu. Aku cuman niat menghibur, kalau memang kamu menganggap aku pengganggu, ya aku akan pergi.”

Sebelum berlalu Tandri menatap mata Cinta lalu berkata, “aku sudah rekam senyum kamu tadi disini.” Tandri menunjuk ke dada bidangnya lalu berjalan lambat pergi.

Cinta terperangah melihat kepergian cowok tadi. Dia merasa bersalah karena telah bicara kasar sama orang baru dikenalnya itu.

***

Bel berbunyi tanda perkuliahan jam pertama sudah selesai. Reina menghambur keluar, ditariknya Eko mengikutinya.

“Mau kemana, Rei? Aku mau ke kamar mandi dulu!” teriak Eko yang memberontak ditarik begitu.

“Ke kantin. Nolak ditaktir?” Tanya Reina. Reina berhenti lalu melepaskan pegangan tangannya sambil berkata, “bilang aja.”

“Iya. Iya. Mau,” kata Eko pasrah sambil menyodorkan tangannya untuk ditarik.

“Lalu?” Tanya Reina cuek. “Ayo!” seru Eko.

Ketika sudah sampai kantin bukannya mencari tempat duduk lalu memesan makanan eh malah celingak-celinguk berdua.

“Rei, itu kosong,” kata Eko menunjuk ke bangku sudut.

“Cinta kemana yah?” Tanya Reina pelan.

“Udah pulang mungkin,” kata Eko menuntun Reina duduk di bangku yang dimaksud.

Reina mangut-mangut mengikuti langkah Eko.

“Katanya mau ke kamar mandi, sana pergi dulu ntar kamu ngompol disini.”

Eko nyengir dibilangin begitu. Dia mengikuti perintah Reina. Reina mengambil Hape dari dalam tas lalu memencet nomor Cinta.

“Eh, aku dipesanin mie kuah pake telur, minumnya Coca-Cola yah,” kata Eko mendikte pesanannya sambil terburu-buru pergi ke kamar mandi. Reina hanya mengangguk-angguk.

“Cinta gimana sih? Punya Hape kok tidak pernah angkat telepon orang,” omel Reina.

Beberapa saat kemudian Eko balik dari kamar mandi lalu menepuk bahu Reina sambil berkata, “masih cari Cinta yah?”

“Eh, tuh tangan dicuci tidak? Pegang-pegang. Ih.., jorok!” Reina menatap jijik ke temannya. Eko makin menjadi. Eko menempelkan tangan kanannya ke hidung Reina lalu berkata, “cium sendiri.”

Eko tertawa puas. Reina hanya marah-marah.

***

Pelajaran kedua,

Cinta duduk agak ke tenggah. Binder yang ditentengnya kini ditaruhnya di pangkuan.

Beberapa saat kemudian Reina dan Eko pun sudah masuk kelas. Reina sontak lari ke arah Cinta dan mengamitnya tanpa ampun. Eko hanya mengikuti dari belakang lalu memilih duduk di depan 2 orang cewek manis itu.

“Darimana saja sih?” tanya Reina semangat.

“Penting yah?” Cinta tanya balik.

“Ya. Iyalah. Aku kira kamu frustasi berat karena dosen sinting itu,” katanya.

“Aku bertemu dengan orang yang lebih sinting di kantin,” kata Cinta pelan.

“Kapan?” Tanya Reina histeris. Dahi Eko mengkerut, berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh 2 orang cewek manis dibelakangnya.

“Sesaat setelah aku duduk di kantin,” lanjut Cinta.

“Astaga, Cin… nasib kamu itu jelek terus. Kok seharian ini asyik ketemu sama orang tidak beres,” komentar Eko, mendongak ke belakang.

“Iya, sama kek kamu,” ejek Cinta.

“Aku? Tidak beres? Masa iya? Berarti, kalian juga tidak beres mau berkawan sama aku,” balas Eko bikin keki.

“Hush. Hush. Hush. Eko diam dulu,” paksa Reina kepada Eko.

“Iya. Iya,” kata Eko. Dia memang sangat menjaga perasaan Reina. Hehehe…, bukan apa-apa selain Reina adalah kawannya yang palin royal tapi juga karena Reina teman seperjuangannya selama SMA.

“Seperti apa sih orangnya? Sesinting apa? Cerita dong…,” paksa Reina kepada Cinta.

“Aku memang tidak respek sama dia tapi dia asyik nanya ini-itu. Yang gilanya, dia tau identitas aku secara lengkap,” cerita Cinta.

“Ach, bagus dong kamu punya penganggum rahasian yang sinting,” ejek Reina lalu tertawa.

I don’t care,” balas Cinta tenang.

I like Karè,” timpal Eko ikut-ikutan walaupun dengan bahasa Inggris yang pas-pasan tapi tetap PeDe.

Cinta dan Reina pandang-pandangan lalu tertawa bersama.

“Alamak!” seru dua perempuan itu.

“Lho, kenapa kau sebut-sebut saudara si-Aladin?” Tanya Eko garing.

“Garing!” seru lagi dua perempuan itu.

“Emang aku gorengan?” Tanya Eko santai. Hehehe.

Kacian deh kamu, Ko. Punya plesetan kok garing semua,

***

Hape Cinta berbunyi ketika dia asyik di depan computer kantor. File-file di mejanya bertumpukan bersamaan dengan binder-binder berisi kontrak yang harus segera di-follow up olehnya.

Hape terus berbunyi tanpa henti membuat kepalanya tambah pusing. Dia berhenti sejenak dan melihat ke layar Hape, terpampang nama Reina disana.

“Buat apa pagi-pagi begini tuh anak telepon aku?” Gumam Cinta.

“Cinta…..,” suara melengking terdengar sesaat setelah tombol terima di tekan.

“Iya. Slow down, baby,” kata Cinta pelan.

“Kamu sudah tau kan bahwasannya nanti siang ada seminar Perbankan? Wajib ikut!”

“Heh? Masa sih? Aku baru tau dari kamu sekarang. Gimana nih, pekerjaan kantorku masih menumpuk,” hela Cinta kelelahan.

“Permisi bentar kek. Durasi acara paling 2 jam. Pembicarannya Pak Tanadi. Pastinya kalau ikut seminar ini mengantongi nilai minimal B,” jelas Reina.

“Tapi, Rei,” keluh Cinta.

“Aduh, Cinta, jangan kebanyakan tapi-tapian deh. Kamu ingat kan gimana bencinya dia ketika kamu terlambat datang? Ini saatnya untuk memperbaiki image, Bu. Oke? Good luck yah,” kata Reina panjang-lebar.

“Baiklah. Jam berapa?” jawab Cinta ngalah.

“Jam 1 siang. Tolong on time yah,” Reina mengingatkan.

“Iya,” kata Cinta mengakhiri pembicaraan.

***

“Ta, sini…!” sambut Reina ketika melihat Cinta mucul dari balik pintu.

“Hai,” sambut juga seseorang yang duduk disampingnya. Cinta tadi mengira yang duduk disamping Reina adalah Eko tapi saat ini dia benar-benar tidak dapat mempercayai penglihatannya.

“Lho, kok benggong. Duduk,” perintah Reina kepada Cinta. Setelah duduk Reina berkata lagi, “Nih, Tandri teman SMA aku dulu, sama dengan Eko. Tidak nyangka ketemu dia lagi hari ini padahal kita sudah hampir satu semesteran disini tapi aku baru tau, lho.”

“Oh,” jawab Cinta pendek.

“Salam kenal,” ujar Tandri ramah.

“Salam kenal balik,” kata Cinta cuek.

“Dia ini aslinya orang Manado pernah pindah-pindah sekolah karena ikut Papa-nya tugas. Dan akhirnya terdampar di Medan waktu kelas 2 SMA lalu sahabatan sama aku sampai sekarang, hehehe…” Reina menunjukkan gigi depannya. Hal itu disambut Tandri dengan seulas senyum yang menggoda.

Yap, Desi….,” ejek Tandri.

“Jangan panggil aku begitu, Donal,” balas Reina genit. Mereka kembali tertawa renyah sedangkan Cinta hanya cuek sambil sesekali tersenyum terpaksa.

“Rei, kamu pernah pergi Manado belum?” Tanya Tandri. Dia berharap Cinta tertarik dengan menjawab pertanyaannya.

“Ya belum lah,” jawab Reina.

“Aku merasa beruntung lahir di daerah yang sedemikian indahnya. Di Manado banyak tempat-tempat wisata yang indah. Salah satunya nih, Taman Nasional Bunaken. Letaknya beberapa kilometer dari pesisir pantai Kota Manado.” Tandri jeda sejenak lalu melanjutkan, “Taman Laut Bunaken sudah didaulat termasuk di antara 10 tempat penyelaman terpopuler di dunia. Tempat itu menawarkan penyelaman spektakular hingga kedalaman 100 meter, lengkap dengan pesona terumbu karang indah di dasar laut an air hangat yang menyegarkan. Pokoknya dijamin deh kamu bakal kepikiran jadi ikan dan tinggal di dasar laut untuk selamanya.”

Penjelasan dari Tandri sungguh menarik perhatian Cinta untuk ikut mendengarkan dengan serius.

“Wow, pasti seru. Kalau liburan ajak kami kesana dong, Tan,” komentar Reina.

“Bisa aja. Kalau Cinta mau ikut.”

“Hah? Kenapa aku mesti ikut?” protes Cinta spontan.

Tandri hanya tertawa. Akhirnya dia tau bahwa dari tadi diam-diam Cinta mengikuti ceritanya tentang kampung halaman.

Reina hanya geleng-geleng Tandri tiba-tiba tertawa girang sendirian. Cinta malu hati dibuatnya tapi untung kejadian itu tidak berlangsung lama karena Pak Tanadi segera memasuki ruangan lengkap dengan nara sumber. Suasana yang tadinya ramai berubah tenang setelah MC membuka acara.

***

Setelah acara selesai seperti biasa Reina akan pulang bareng Cinta.

“Cin, si-Tandri suka tuh sama kamu.”

“Tau darimana?”

“Tingkahnya itu beda waktu ketemu kamu. Dia lebih terbuka waktu ada kamu.”

“Ach, biasa saja,” Cinta masih kekeh tidak merasa ada yang salah dengan sikap Tandri tadi.

“Cin, aku yang kenal dia lumayan lama saja belum pernah diceritain tentang kampung halamannya. Dulu, di sekolah dia terkenal anak pendiam.”

“Siapa saja bisa berubah karena waktu. Tidak terkecuali dengan Tandri, kan?” Tanya Cinta sengit lalu melanjutkan bicara, “aku heran Na, kamu begitu perhatian sama Tandri.”

“Apa…. Kamu suka sama dia, Na?” Tanya Cinta hati-hati.

Muka Reina bersemu merah.

***

Sore itu,

“Cinta, ini titipan buat kamu,” kata Ipul sambil menyerahkan satu bungkusan kado buat Cinta membuat Reina maupun Cinta bertatapan.

“Dari siapa, Pul?” Tanya Cinta.

“Anak hukum yang pake kacamata. Adiknya Pak Tanadi yang suka marah-marah sama kamu,” jelas Ipul lalu ikut duduk di bangku panjang depan kelas.

“Siapa?”

Cinta angkat bahu ketika Reina meminta suatu penjelasan.

“Tandri. Ach, suka lambat deh loadingnya,” ejek Ipul.

“Eh, Pul. Beneran Tandri adiknya Pak Tanadi, dosen Akuntansi Perbankan yang….,” Reina mengantung perkataannya.

“Iya. Tapi, saudara tiri. Stttt, ini rahasia kita bertiga lho,” kata Ipul pelan. Ipul kemudian kejebak memberikan informasi kepada dua cewek manis di sampingnya.

“Papanya Tandri kepincut sama mamanya Pak Tanadi yang janda dan dokter terkenal di Medan,” jelas Ipul dengan suara yang dikecil-kecilkan.

“Semenjak papa-mama mereka nikah, si-Tandri yang asli orang Manado harus pindah ke Medan,” sambung Ipul. Reina mengangkat alisnya lalu berkata, “tau darimana?”

“Ya, ampun, Na… tidak percayaan banget sih kamu sama aku. Tandri sama aku itu satu organisasi, kita sudah sohiban luar-dalam. Ada apa-apa dia pasti ceritanya sama aku,” kata Ipul serius.

“Tapi kamu malah cerita ke kita,” kata Cinta tidak enak telah mendengar Ipul dengan santai menceritakan rahasia yang titipkan Tandri. Bukan apa-apa hal yang rahasia dan menyangkut rumah tangga orang lain tentu tidak enak jika sampai bocor ke orang lain.

Cinta dan Reina memasang wajah datar. Ipul segera sadar dan berkata, “Astaga, maafkan aku Tuhan atas mulutku yang berdosa ini.” Tanpa tunggu lama lagi, Ipul permisi pergi setelah sebelumnya mewanti-wanti agar kami tidak membocorkan rahasia ini kepada yang lain. Kami hanya mengangguk setuju.

Setelah Ipul pergi, Cinta maupun Reina tidak lagi bersuara.

***

“Cin, aku mau bicara. Ada waktu?” Tandri menjumpai Cinta yang duduk-duduk tunggu angkot di halte. Reina sudah lebih dulu dijemput oleh abangnya.

“Boleh. Silahkan,” kata Cinta. Cinta menawarkan hatinya agar jangan terlalu keras ketika berhadapan dengan Tandri.

Tandri malah senyum dan semangat duduk di sebelah Cinta, “Kado yang aku titipkan sama Ipul sudah diterima?”

“Sudah. Kasihnya cuman untuk aku? Buat Reina mana?” tanya Cinta basa-basi.

“Ehm, Reina mau juga? Kalian tidak sampai berantem kan karena rebutan kado aku?” tanya Tandri Pe-de. Cinta terkekeh sebentar. “Trus maksud kadonya apa nih?” tanya Cinta kemudian.

“Coba kamu buka deh apa yang aku kasih sama kamu. Dari situ kamu akan tau maksud aku,” kata Tandri. Cinta hanya menatap lurus ke arah Tandri tapi kemudian mengalihkan pandangannya ketika mata keduanya beradu.

Cinta mengeluarkan kado tersebut dari tas lalu membuka pelan-pelan. Ditemukannya sepasang gantungan kunci lengkap dengan kotak munggil yang indah. Cinta kagum sejenak lalu melihat ke arah Tandri meminta penjelasan.

“Gantungan kuncinya kan sepasang tuh, mainan yang satu gembok dan yang satu lagi kuncinya. Gembok dan kunci itu untuk menjaga hati kamu agar jangan dicuri orang. Aku harap aku memegang salah satu mainan itu. Apa kamu berkenan memberikan kesempatan memegang salah satunya?”

Cinta cukup terkejut. Dalam hatinya bergetar, hanya saja bayangan Reina terus menganggunya.

“Apa semua tidak terlalu cepat?” tanya Cinta hati-hati.

“Aku tidak akan memaksa jika kamu tidak berkenan memberikan kesempatan itu,” katanya kecewa.

“Aku benar-benar belum siap,” aku Cinta jujur.

“Tapi, adakah cinta itu untukku?” Tanya Tandri serius.

Cinta tidak berani menyahut, tidak juga berani berkomentar. Dia hanyut dalam beragam persepsi yang muncul bergantian di otaknya.

“Tidak apa. Aku bisa menunggu, Cin,” kata Tandri kemudian.

***

Hari demi hari Cinta dan Tandri semakin dekat tanpa pengetahuan Reina. Tandri dengan sabar menunggu sampai Cinta berniat membukakan hatinya.

***

Siang itu, Reina menarik Cinta ke pinggir lalu berhenti di ruangan kosong. Reina baru bicara setelah dilihatnya sekelilingnya aman, “Aku minta kamu jujur, Cin. Aku tidak mau kamu mengalah untukku. Jika memang kamu juga mencintai Tandri, akan aku relakan dia untukmu. Jika memang bersama kamu itu lebih membahagiakan dia, apa aku dapat memaksanya menerima aku?” Reina terisak dalam pengakuannya. Hati Cinta perih. Tidak bisa dia mendengar pengakuan yang sebegitu tulusnya.

“Kamu tidak salah mencintainya. Tapi, cinta itu yang salah tumbuh di hatiku,” aku Cinta mengerak-gerakkan tangan Reina, memohon maaf.

“Aku mengenalnya lebih lama tapi bolehkah aku cemburu padamu yang baru dikenalnya lalu dicintainya?” tanya Reina sinis.

“Aku tidak tau kapan perasaan itu muncul. Cuman itu sangat menyiksa hatiku. Aku tidak pernah mengharapkan Tandri akan sedemikian cepat mengungkapnya,” kata Cinta.

“Yang aku tau, kita berdua juga tidak sangka semua berlanjut dengan alaminya,” lanjut Cinta.

“Maka dari itu aku tidak menyalahkan kamu. Aku lebih bahagia dia bersama kamu, jika memang iutu yang terbaik,” kata Reina dengan bibir bergetar.

Cinta memeluk Reina dan menungkapkan terima kasih. Kini, perasaanya plong… dia tidak lagi tertekan oleh bayangan Reina.

“Telepon Tandri sekarang, tadi aku sudah ketemu dia dan dia sekarang menunggu kamu di kantin. Jumpai dia dan selesaikan sekarang,” saran Reina sembari memberi semangat.

“Iya,” jawab Cinta singkat. “Terima kasih, Na…”

Reina hanya mengangkat jempolnya. Setelah Cinta pergi Reina bersandar dan pelan-pelan menyeret tubuhnya duduk di lantai. Hatinya hancur berkeping-keping melihat temannya pergi dengan bahagia sedangkan dirinya terduduk tidak berdaya.

Cinta, mengapa harus kamu yang hadir diantara sedemikian panjangnya jalur cerita antara aku dan Tandri? Waktu yang lama ternyata tidak juga menyisakan maaf untukku, Tandri. Aku dulu memang telah pernah menyakiti kamu dengan mengkhianati kamu. Aku memang pernah selingkuh dengan temanmu. Aku pernah membuatmu mati lebih buruk dari yang aku rasakan saat ini. Tapi, itu sudah lewat bertahun-tahun yang lalu. Belum mampu juga kah kamu memberi aku maaf saat ini? Malah saat ini karma itu telah berbalik menimpaku. Tanggis Reina meledak.

Chinese Wisdom By Andrie Wongso

15 Wisdom success by Andre Wongso

· Selama kita memiliki kemauan, keuletan, dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus, pasti akan menjadi sebatang jarum… (As long as we have a wish, persistence, and determination, a bar of iron when continually rubbed will turn into a needle)

· Di balik setiap batu penghalang pasti ada hikmah yang tersembunyi dan selalu ada pelajaran yang dapat mematangkan mental kita. (Behind all the blocking stones there must be a blessing in disguise, and there must be a lesson that can develop our mentality)

· Jangan takut mencoba! Jangan takut memulai! Bila telah diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, hasilnya sukses atau gagal, sesungguhnya semangat perjuangan itu telah memiliki nilai kesuksesan tersendiri! Jangan pernah menyesal! (Don’t be afraid to try! Don’t be afraid to start! If you have fought your best, whatever the result is, the fighting spirit itself has the success value in it! Never regret!)

· Kebiasaan yang terlatih akan melahirkan keahlian! Mari pelihara dan kembangkan kebiasaan berpikir sukses! Bersikap sukses! Sehingga terbentuk karakter sukses yang akan membawa kita pada puncak kejayaan (A well-trained habit will create mastery! Let’s keep maintaining and improving the habit of success thinking! Having success attitude! So that all will form the success character which will drive us to the top of success)

· Keterampilan berkomunikasi secara baik dan positif merupakan syarat multak bagi setiap orang yang ingin meraih kesuksesan dalam bidang apa pun yang digeluti (The ability to communicate properly and positively is a must for everyone who wants to achive any kinds of success in whatever he does)

· Miliki keberanian menetapkan target! Yakini dan percaya bahwa anda bisa sukses! Wujudkan melalui perjuangan nyata! Anda bisa menjadi seseorang seperti yang anda inginkan. (Have the courage to set up your goals! Have faith and belief that you can succeed! Relize it with a real strunggle! You can become the person you want to be!)

· Kasih dan perhatiaan adalah kekuatan! Jika setiap hari kita mau memberikan kasih dan perhatiaan kepada orang-orang disekeliling kita, hidup akan terasa bahagia dan lebih bermakna (Love and attention is power! If all of us are willing to share love and attention towards people around us, then life will be happier and more meaningful)

· Kesalahpahaman dan permusuhan timbul gara-gara ucapan yang tidak pada tempatnya. Bisa mengendalikan diri, tahu kapan harus diam dan tahu kapan harus berbicara adalah sikap yang bijak (Misunderstanding and aversion arise due to improper comments. Being able to control oneself, knowing when to be quiet and when to talk is a wise attitude)

· Tekad merupakan sumber motivasi bagi kemajuan dan kesuksesan! Mereka yang memiliki tekad yang kuat, dia bisa menciptakan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin! (Determination is the source of motivation for progress and success! Those who have stell-like determination can create whatever impossible to be possible)

· Jati diri kita adalah sama-sama manusia. Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses! (Our true selves are human beings! There is no reason why we should feel either smaller or less significant than others. If they can succeed and so can we!)

· Saat sukses kita bersyukur, saat gagal kita bersyukur, sesungguhnya kekayaan dan kebahagiaan sejati ada di dalam bersyukur (When we succeed, we are thankful. When we fail, we are also thankful. The true happiness and wealth are in the thankful attitude itself)

· Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus kita miliki. Dengan bekal kegigihan dan usaha yang konsisten, kesuksesan yang kita peroleh pasti berkualitas dan membanggakan (Persistence is an undying spirit that must be possessed. With persistence and consistent effort, the success that we have will definitely be that of best quality and can be proud of!)

· Ketika menghadapi orang yang sedang emosi, kita butuh kesabaran. Lebih-lebih saat kita sendiri tersinggung dan marah, kita perlu kesabaran. Kesabaran adalah mutiara kehidupan (When dealing with emotional people we need patience. And even more, when we ourselves are in the condition, we need patience. Patience is the gem of life)

· Kekuatan dari kebiasaan yang terlatih dan focus pada tujuan, akan mampu mengubah apa yang tidak mungkin menjadi mungkin! Apa yang tidak bisa menjadi bisa! (The power of well-trained and focused habits on goals will change the impossibilities to possibilities! Whatever unable to able!)

Jadikan keraguan dan ejekan sebagai cambuk untuk memperkuat tekad dan perjuangkan dengan segenap kemampuan yang ada, buktikan semua mimpi dapat menjadi kenyataan! (Take doubts and mockery as a leverage to strengthen our will and fight with our best

Kamis, Desember 11, 2008

Kisah haru sebuah jam

KISAH SEBUAH JAM

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Haaaaaaaaaaaa? 31 juta seratus empat ribu kali aku harus berdetak???? " kata jam terperanjat, "Mana mungkin saya sanggup! Saya ga akan mungkin bisa untuk melakukan itu.

" Ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau 86,400 kali saja dalam sehari?"

"Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" Ga , ga, aku ga sanggup ah. jawab jam penuh keraguan.

"Ok kalau gitu, Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Masih terlalu banyak. Saya tidak mungkin mampu berdetak 3.600 kali.. “ tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya

Dengan penuh kesabaran tukang jam itu kemudian bicara kepada si jam, "Baiklah, kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" “ Aku pasti bisa untuk berdetak satu kali setiap detik “ kata jam dengan penuh antusias.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik.

Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti.

Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali dalam setahun, Yang juga berarti dia berdetak 86.400 kali dalam sehari yang sama juga dengan 3600 kali dalam satu jam.

Ada kalanya kita selalu ragu-ragu dengan segala Tujuan / tugas/ pekerjaan yang terlihat sanagt besar. Kita selalu menggangapnya sesuatu yang sangat berat dan tidak mungkin dapat kita laukan. Namun sebenarnya apabila hal yang besar tersebut kita perkecil dan dilakukan dengan konsisten secara terus menerus, maka hal yang semula kita anggap tidak mungkin untuk dilakukan , tidak mampu untuk mencapainya, namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita teryata mampu.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya



Unconditional Love

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit. Semakin
> hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena
> hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang
> kantor.
> Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya
> denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.
>
> Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini
> karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan
> selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di
> hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah
> 3
> kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam
> bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.
>
> Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak
> pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah
> kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan.
> Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal!
> Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan
> kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di
> rumah.
>
> Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di
> hadapannya dan memandang wajahnya. "Ia sungguh cantik" kataku dalam hati,
> "Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di
> bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik".
> Aku
> menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal
> sekali dengannya.
>
> Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku
> coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis
> cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia
> ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih
> buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.
>
> 14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti bagiku,
> Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.
>
> Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi
> suaminya.
>
> 6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita
> lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah ke
> lain hati.
>
> Jantungku serasa mau berhenti...
>
> 23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent,
> atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama
> Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki
> agar aku ketahui…
>
> Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat
> denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun.
> Melly,
> yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen
> karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly
> lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap
> setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui
> hubunganku dengan Melly.
>
> 4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan
> mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan
> yang
> berasal daripadaMu.
>
> Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau
> menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku
> tahu
> Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen sangat terluka dengan kata-kata
> tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa
> yang Ellen rasakan saat itu.
>
> 14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan apa
> yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus
> kuambil.
>
> 14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya
> Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!
>
> 18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku
> tak
> kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih
> berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.
>
> 7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang
> kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada
> mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari
> ulang
> tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent
> agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi
> kalau
> Vincent belum pulang walaupun aku lelah.
>
> Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah
> memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam
> kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya
> dengan susah payah.
>
> 15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga,
> dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku menabung agar
> aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Natal untuk Vincent.
>
> Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja
> itu
> adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang membelinya di malam Natal dan
> menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.
>
> Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh
> diberi
> kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar
> kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun… "Maafkan aku Ellen, Aku
> mencintaimu, Selamat ulang tahun…" (ts)
>
> ----------------------------
>
> Jika manusia bisa mencintai pasangannya tanpa syarat. Bayangkan, bagaimana
> besarnya cinta Tuhan kepada kita yang adalah ciptaanNya… anakNya…
> sahabatNya… saudaraNya… sehingga Ia memberikan AnakNya yang kekasih untuk
> mati di kayu salib bagi kita.

Kisah menarik yang harus dibaca

uatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari
perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut
yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: "Aku tidak mengenal
Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar.
Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"

Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar".

"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai
suamimu kembali", kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan
semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini,
lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah
kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini".

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hampir
bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.

Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambil
menunjuk seorang pria berjanggut disebelahnya, "sedangkan yang ini
bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.
Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang.
Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh
masuk kerumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.
Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangka n sekali. Baiklah,
kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah
ini penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa
kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia
untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut
mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik
jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini
akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang. "

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak
masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang
menjadi teman santap malam kita."

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa
diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda
menjadi tamu kita malam ini."

Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..
ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa
ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.

"Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa
kamu ikut juga?"

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan. "Kalau Anda mengundang si
Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar.
Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih
sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang,
maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah,
sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa
melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan,
kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan.
Saat kami menjalani hidup ini."