Rabu, Desember 30, 2009

U are important person

Beberapa tahun yang silam,seorang pemuda terpelajar dari semarang
sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang
ibu yang sudah berumur. Si Pemuda menyapa, dan tak lama mereka
terlarut dalam obrolan ringan.
" Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?" tanya si Pemuda.
" Oh... Saya mau ke Jakarta terus "connecting flight" ke Singapore
nengokin anak saya yang ke dua" jawab ibu itu.
" Wouw..... hebat sekali putra ibu" pemuda itu menyahut dan terdiam
sejenak.
" Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang
kedua ya bu?? Bagaimana dengan kakak-adik adik nya??
" Oh ya tentu " si Ibu bercerita :"Anak saya yang ketiga seorang
dokter di Malang, yang keempat Kerja di Perkebunan di Lampung, yang
kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang
bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang."

" Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak anaknya dengan
sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh.
" terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??"
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab,
" anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak". Dia
menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar nak"

Pemuda itu segera menyahut, "Maaf ya Bu..... kalau ibu agak kecewa ya
dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses
di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani "??

Do you want to know the answer??????...

Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
" Ooo ...tidak tidak begitu nak....
Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah
yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani"

Hikmah :
Everybody in the world is an important person.
Open your eyes. ...your heart....your mind....your point of view..
because we cant make a judgement before read "the book "completely.

The wise person says...

The more important thing is not about "Who we are"

But.. "What we have been doing"

Minggu, Desember 27, 2009

4 Skenario

Skenario 1

Andaikan kita sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi.

Karena tidak mendapatkan tempat duduk, kita berdiri di dalam gerbong
tersebut.



Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi kita untuk
menggoyang-goyangkan kaki.

Kita tidak menyadari handphone kita terjatuh.

Ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya kepada
kita.



"Pak, handphone bapak barusan jatuh nih,"

kata orang tersebut seraya memberikan handphone milik kita.



Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?

Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.





Skenario 2

Sekarang kita beralih kepada skenario kedua.

Handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya.



Orang itu tahu handphone itu milik kita tetapi tidak langsung memberikannya
kepada kita.

Hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari
handphone kita hilang.



Sesaat sebelum kita turun dari kereta, orang itu ngembalikan handphone kita
sambil berkata,

"Pak, handphone bapak barusan jatuh nih."



Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?

Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut.



Rasa terima kasih yang kita berikan akan lebih besar daripada rasa terima
kasih yang kita berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung
memberikan handphone itu kepada kita).

Setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.





Skenario 3

Marilah kita beralih kepada skenario ketiga.

Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, hingga kita
menyadari handphone kita tidak ada di kantong kita saat kita sudah turun
dari kereta.



Kita pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone kita, berharap ada
orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya
kepada kita.

Orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak memberikannya
kepada kita) menjawab telepon kita.



"Halo, selamat siang, Pak.

Saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang," kita mencoba bicara
kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati mengembalikan handphone
itu kembali kepada kita.



Orang yang menemukan handphone kita berkata,

"Oh, ini handphone bapak ya.

Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut.

Biar bapak ambil di sana nanti ya."



Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, kita pun pergi ke stasiun
berikut dan menemui "orang baik" tersebut.

Orang itu pun memberikan handphone kita yang telah hilang.

Apa yang akan kita lakukan pada orang tersebut?



Satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terima kasih, dan seperti nya
akan lebih besar daripada rasa terima kasih kita pada skenario kedua bukan?

Bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang
yang menemukan handphone kita tersebut.





Skenario 4

Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat.

Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, kita turun dari
kereta dan menyadari bahwa handphone kita telah hilang, kita mencoba
menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat.

Sampai akhirnya kita tiba di rumah.



Malam harinya, kita mencoba mengirimkan SMS :

"Bapak / Ibu yang budiman.

Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak / ibu sekarang.

Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak / ibu untuk dapat mengembalikan
handphone itu kepada saya.

Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. "



SMS pun dikirim dan tidak ada balasan.

Kita sudah putus asa.

Kita kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam
handphone kita.



Ada begitu banyak nomor telepon teman kita yang ikut hilang bersamanya.

Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita
menjawab SMS kita, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone
tersebut.



Bagaimana kira-kira perasaan kita?

Tentunya kita akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan
oleh orang itu.

Kita pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone kita.



Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut?

Kita pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan
mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih
berharga dibandingkan hadiah yang mungkin kita berikan di skenario ketiga).





Moral

Apa yang kita dapatkan dari empat skenario cerita di atas?

Pada keempat skenario tersebut, kita sama-sama kehilangan handphone, dan ada
orang yang menemukannya.



Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada kita.

Kita berikan dia ucapan terima kasih.



Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada kita sesaat sebelum kita
turun dari kereta.

Kita berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar.



Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada kita setelah kita turun dari
kereta.

Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah.



Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu
baru mengembalikannya kepada kita.

Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.



Ada sebuah hal yang aneh di sini.

Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling
baik?

Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada kita,
bukan?



Dia adalah orang pada skenario pertama.

Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara
empat orang di atas.



Manakah orang yang paling tidak baik?

Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat kita menunggu
beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone kita tersebut selama
itu.

Namun, ternyata dia adalah orang yang akan kita berikan reward paling besar.



Apa yang sebenarnya terjadi di sini?

Kita memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus, tetapi
orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan banyak, kita
berikan lebih sedikit.



OK, kenapa bisa begitu?

Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap
skenario.

Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum sadar
handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali.



Pada skenario kedua, kita juga belum merasakan kehilangan karena saat itu
kita belum sadar, tetapi kita membayangkan rasa kehilangan yang mungkin akan
kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari kereta.



Pada skenario ketiga, kita sempat merasakan kehilangan, namun tidak lama
kita mendapatkan kelegaan dan harapan kita akan mendapatkan handphone kita
kembali.



Pada skenario keempat, kita sangat merasakan kehilangan itu.

Kita mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang yang
menemukan handphone kita, asalkan handphone itu bisa kembali kepada kita.

Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan kita semakin menghargai handphone
yang kita miliki.



Saat ini, adakah sesuatu yang kurang kita syukuri?

Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah,
kesempatan bekerja, atau suatu hal lain.



Namun, apakah yang akan terjadi apabila segalanya hilang dari genggaman
kita.

Kita pasti akan merasakan kehilangan yang luar biasa.

Saat itulah, kita baru dapat mensyukuri segala sesuatu yang telah hilang
tersebut.



Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat bersyukur?

Sebaiknya tidak.



Syukurilah segala yang kita miliki, termasuk hidup kita, selagi itu masih
ada.

Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah lenyap
dari diri kita.



Jangan pernah mengeluh dengan segala hal yang belum diperoleh.

Bahagialah dengan segala hal yang telah diperoleh.

Sesungguhnya, hidup ini berisikan banyak kebahagiaan.

Bila kita mampu memandang dari sudut yang benar.

Surat dari wanita cantik untuk pria kaya

Surat dari cewek cantik yang ingin mendapatkan pria kaya yang dimuat di
suatu majalah. Suratnya ditanggapi oleh seorang pria kaya dengan serius.
Bagus kata-katanya dan jangan lupa lihat nama pria yang membalas
suratnya.
Seorang gadis muda dan cantik, mengirimkan surat ke sebuah majalah
terkenal, dengan judul:
"Apa yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya?"

Saya akan jujur, tentang apa yang akan coba saya katakan di sini. tahun
ini saya berumur 25 tahun.
saya sangat cantik, mempunyai selera yang bagus akan fashion. saya ingin
menikahi seorang pria dengan penghasilan minimal $500ribu/tahun. anda
mungkin berpikir saya matre, tapi penghasilan $1juta/tahun hanya
dianggap sebagai kelas menengah di New York . persyaratan saya tidak
tinggi. apakah ada di forum ini mempunyai penghasilan $500ribu/tahun?
apa kalian semua sudah menikah? yang saya ingin tanyakan: apa yang harus
saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda? yang terkaya pernah
berkencan dengan saya hanya $250rb/tahun. bila seseorang ingin pindah ke
area pemukiman elit di City Garden New York , penghasilan $ 250rb/tahun
tidaklah cukup.
dengan kerendahan hati, saya ingin menanyakan:
dimana para lajang2 kaya hang out?
kisaran umur berapa yang harus saya cari?
kenapa kebanyakan istri dari orang2 kaya hanya berpenampilan standar?
saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan
tidak menarik, tapi mereka bisa menikahi pria kaya?
bagaimana, anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa
yang hanya bisa menjadi pacar?

ttd.
Si Cantik
------------ --------- --

Inilah balasan dari seorang pria yang bekerja di Finansial Wall Street :

saya telah membaca surat mu dengan semangat. saya rasa banyak gadis2 di
luar sana yang mempunyai pertanyaan yang sama. ijinkan saya untuk
menganalisa situasi mu sebagai seorang profesional.
pendapatan tahunan saya lebih dari $500rb, sesuai syaratmu, jadi saya
harap semuanya tidak berpikir saya main2 di sini. dari sisi seorang
bisnis, merupakan keputusan salah untuk menikahimu. jawabannya mudah
saja, saya coba jelaskan, coba tempatkan "kecantikan" dan "uang"
bersisian, dimana anda mencoba menukar kecantikan dengan uang: pihak A
menyediakan kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu, hal yg masuk
akal. tapi ada masalah disini, kecantikan anda akan menghilang, tapi
uang saya tidak akan hilang tanpa ada alasan yang bagus. faktanya,
pendapatan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun, tapi anda
tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Karena itu, dari sudut
pandang ekonomi, saya adalah aset yang akan meningkat, dan anda adalah
aset yang akan menyusut. bukan hanya penyusutan normal, tapi penyusutan
eksponensial.
jika hanya (kecantikan) itu aset anda, nilai anda akan sangat
mengkhawatirkan 10 tahun mendatang. dari aturan yg kita gunakan di Wall
Street, setiap pertukaran memiliki posisi, kencan dengan anda juga
merupakan posisi tukar. jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya dan
adalah ide buruk untuk menyimpan dalam jangka lama, seperti pernikahan
yang anda inginkan. mungkin terdengar kasar, tapi untuk membuat
keputusan bijaksana, setiap aset dengan nilai depresiasi besar akan di
jual atau "disewakan." siapa saja dengan penghasilan tahunan $500rb,
bukan orang bodoh, kami hanya berkencan dengan anda, tapi tidak akan
menikahi anda.
Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi
orang kaya. lebih baik anda menjadikan diri anda orang kaya dengan
pendapatan $500rb/tahun. ini kesempatan lebih bagus daripada mencari
orang kaya bodoh. mudah2an balasan ini dapat membantu. jika anda
tertarik untuk servis "sewa pinjam," hubungi saya.

ttd,
J.P. Morgan _,_._,

Jumat, Desember 25, 2009

Oktober....

Judul folder buat blog bulan Oktober aku beri nama Apologize blog at Oktober. Padahal waktu aku mau buat judul blog bulan Oktober, aku masih blank dan tidak punya ide sama sekali, benar-benar cuman iseng doang kasih nama itu. Tapi setelah menjalani hari demi hari di bulan Oktober aku baru mengerti bahwa emang bulan Oktober itu bulan untuk maaf. Baik memaafkan maupun dimaafkan.
Aku kadang merasa seperti punya Six sense dimana aku bisa memperkirakan apa yang terjadi di masa depan. Ini memang sudah terjadi beberapa kali cuman biasanya aku baru menyadari kekuatan aku itu setelah kejadiaannya benar menjadi kenyataan. Huff….
Lupakan lah kelebihan aku itu untuk sementara, aku ingin membahas dulu kenapa aku bilang bulan Oktober itu bulan untuk maaf. Aku memang belajar memaafkan diri aku yang telah berbuat banyak kesalahan. Baik terhadap orang tuaku, saudara-saudara, teman-teman, mantan pacar dan pacarku. Aku merasa nasib sial yang menimpaku beberapa bulan beruntun ini pasti hasil karma dari sikap aku yang egois, arogan dan kesombonganku selama ini.
1. Aku harus kehilanggan Papa dan belum sempat mengucapkan maaf setelah sekian lama perang dingin di antara kami, yang akhirnya harus aku nyatakan memang hanya perang dingin yang tidak beralasan. Bodoh bukan, membenci orang tua yang sakit dengan tuduhan ‘kenapa dia harus sakit di saat aku butuh dia menafkahi aku?’ Setiap hari harus menatapnya dengan penuh kebencian dan terus bertanya kepada Tuhan, ‘kenapa aku harus dilahirkan di keluarga yang serba sulit dan orang tua sakit-sakitan seperti dia?’ Kejam dan durhaka. Sesaat setelah Papa meninggal baru aku sadar tidak ada gunanya membencinya dan terus mengajaknya perang di sisa hidupnya yang juga dia sendiri tidak menginginkannya akan terjadi seperti begini. Sekarang aku hanya bisa membaca doa untuknya setiap hari sembari berharap Tuhan mengirimkan permohonan maaf aku untuknya di sana.
2. Aku mulai kehilangan arah dan tidak sopan terhadap ibu. Aku terus melihatnya sebagai ibu yang lemah dan sama sekali tidak open minded. Dia tidak secerdik ibu-ibu teman aku yang bisa SMS, bermain Facebook, atau teknologi lainnya. Aku mencapnya sebagai orang paling kuno sedunia. Lagi-lagi aku salah. Minggu lalu ada masalah besar menimpaku dan mengakibatkan aku down ke jurang terdalam… and see who accompany me? No one other beside my Mum. Dia sengaja jauh-jauh dari Medan naik bus untuk menemani aku di saat aku down. Setiap hari selama seminggu dia terus memberiku support dan menenangkan diriku. Awalnya aku sudah tidak memiliki asa untuk hidup namun akhirnya aku berpikir at least aku masih harus hidup demi dia. Mama bilang aku adalah belahan hatinya, kehilanggan aku sama saja membunuhnya secara sadis. Aku mengerti posisi aku yang terlalu special buat dia, dan aku pun berjanji akan built new life, new hope and new dream demi dia. aku juga berjanji tidak akan menyia-yiakan dia lagi, seperti Papa. ‘Tidak ada yang bisa mencintai kita dengan tulus dan tanpa pamrih selain orang tua kita’. Ingat lah kata-kataku ini, teman.
3. Aku harus memaafkan Danie tetapi juga sekaligus berterima kasih kepadanya. Setidaknya dia telah member aku tiket untuk menyebrangi hidupku yang terasa begitu membosankan menjadi sedikit menenggangkan. Walaupun cuman sesaat manis di awal dan kemudiaan sekarang memberikan noda teramat hitam di hatiku. Aku tetap merasa ini lah karma buruk yang aku tuai setelah selama ini terlalu remeh dengan namanya cinta. aku merasa hebat tidak bisa jatuh cinta lagi dan inginmenguji apakah cinta bisa sehebat itu membuat aku yang telah mati untuk bisa kembali mencintai? Tapi lagi-lagi kesombonganku lah yang menghancurkan aku. justru cinta itu tumbuh lebih cepat daripada yang aku kira. Siapa yang sangka cinta itu menyebar lebih cepat daripada penyakit kanker yang diam-diam mengrogoti seluruh tubuhku sehingga akhirnya aku mati tidak berdaya? Aku memang telah buta karena cinta, aku tidak perduli lagi kata-kata orang tua, saudara dan teman-teman yang selalu memperingatkan agar aku jangan terlalu mudah percaya dengan orang yang baru aku kenal. Aku sudah pernah menuliskan bahwa dia tiba-tiba hadir di hidupku yang hitam dan putih, membuatnya sungguh berwarna, aku benar-benar jatuh cinta kepadanya. Cintaku benar-benar tulus kepadanya. Ini pertama kalinya aku belajar mencintai seseorang dengan utuh, setia, dan dewasa. Namun, apa yang aku dapatkan? KEBOHONGAN! Adilkah ini?
Dia datang dengan seribu cerita kehidupan dia yang teramat membiusku untuk percaya seutuhnya bahwa dia memang hadir di kehidupanku untuk menata hidupku lebih berwarna. Tapi semua itu hanya keping-kepingan yang tersebar. Aku seperti sedang menyusun puzzle dan mencoba menarik hubungan cerita yang satu dengan yang lain karena dia memang tidak pernah menceritakan secara utuh. Itu yang membuatku curiga tapi lagi-lagi aku dibutakan oleh cinta.
Maaf, aku terlalu mendewakan dirinya. Sampai saat ini aku sendiri belum yakin bahwa puzzle itu telah tersusun sempurna atau belum. Gambar masih buram dan terlihat abu-abu. Aku sama sekali tidak bisa menebak siapa diri dia sebenarnya dan untuk apa dia tiba-tiba hadir di kehidupanku. Mengembirakan aku tapi seketika itu pula memporak-porandakan hatiku.

Pekanbaru, 22 Oktober 2009

What's Happend in Nop?

Pernah tidak merasa, hidup tapi seolah mati? Aku sedang merasakannya. Emosi kembali tidak menentu. Up-Down-Up-Down terus menerus. Aku kembali ke cirtumtance dimana aku kembali merasakan hidup di frame yang putih-hitam. Semua seolah sama saja. Kosong. Tidak berwarna dan apa lagi itu namanya jika bukan seperti mati.
Kegagalan ini memang bukan yang pertama tapi sakitnya luar biasa. Mungkin ini tingkat ke-complicatenya lebih berat dari kejadian kegagalan yang pernah aku rasakan dulu. Setiap satu fase kehidupan aku selalu mengahadapi satu step kegagalan. Semakin aku gagal membentuk aku jadi semakin kuat. Tapi dengan demikian aku juga akan balik ke circumtance di mana hidup hanya hitam dan putih.
Aku kembali menjadi orang yang galak, dingin, kaku, tertutup. Aku merasa tidak ada cinta di dunia ini selain cinta orang tua kepada anaknya. Seolah-olah dunia telah ambruk dan menimpa kepalaku sehingga semua yang terlihat hanya pemandangan yang kunang-kunang. Tidak jelas mana yang baik-buruk, dll.
Tuhan itu baik, itu lah yang selalu aku katakan pada diriku agar aku kuat menghadapi semuanya ini. Aku sebenarnya saat ini mengalami kekelaman yang benar-benar tidak dapat digambarkan. Tiba-tiba semua faith yang aku punya dissappear bersama dengan semua cinta yang juga ambruk. Memang terlalu rapuh hubungan ini sehingga sebenarnya aku telah mengantarkan jiwaku untuk masuk ke jurang ke kekelaman itu. Kepercayaan diri dan kepercayaan kepada orang lain yang coba aku bangun kembali setelah kegagalan yang lalu, kini kembali ambruk. Rata sama dengan tanah.
Cobaan apa lagi yang Tuhan berikan kepadaku? Sampai kapan aku jatuh cinta lalu dipermainkan seperti ini? Bunuh saja diriku daripada kamu menempatkan aku di frame putih-hitam dengan semua perbuatan kamu ini.

Pekan,18th of Nop’09.

News in Sept

Akhirnya beberapa hari lagi aku akan mengakhiri bulan September. Hehmm.. bulan ini ada beberapa cerita yang pengen aku update ke kalian.
1. Tanggal 05 September is my Yudicium day. Hari di mana aku mempertanggungjawabkan semua ilmu yang aku terima selama 4 tahun kuliah. Setelah sidang saat itu aku baru resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi dan tercatat sebagai alumnus Universitas Dharmawangsa. Sekarang di belakang nama aku sudah dilekati embel-embel gelar SE. hahaha… sombong. Papa pasti sangat bangga kalau dia masih hidup. Dia boleh bangga karna akhirnya anak terakhirnya dan merupakan satu-satunya anaknya yang memperoleh gelar Sarjana. Setidaknya itu lah usahaku untuk memperbaiki image keluargaku. Aku ingin membanggakan mereka karna aku memang patut dibanggakan. Dari sekian cerita buruk aku ingin mencatat suatu cerita baik di sana. Dan tanggal 5 ini menjawab semuanya. Ini salah satu usahaku agar Papa bisa tenang di sana, tapi aku janji bukan menjadi usaha terakhir aku untuk terus membuat Papa hidup tenang.
Sebelumnya aku sudah pernah bilang sama Papa bahwa aku akan menjaga diriku, hidup sebaik-baiknya, cukup makan dan pakaian, tidur di tempat yang layak dan yang paling penting aku harus sukses. Aku rasa tidak terlalu muluk-muluk janji seperti itu kepadanya. Aku tau Papa tidak menuntut banyak dariku dan anak-anaknya yang lain. Dia selalu mendidik dengan sangat sederhana menurutku. Papa bukan tipe yang suka menuntut atau mematok cita-cita yang tinggi sama seperti Mama. Mereka adalah orang tua yang mendidik dengan segala kesederhanaan mereka, membiarkan anak-anaknya tumbuh dan mencari sendiri apa yang menjadi keinginan anak-anaknya sampai akhirnya kadang kebebasan yang diberikan itu tanpa control yang jelas. Anak-anaknya sering kehilangan jati diri karna tidak pernah mendapat bimbingan di mana seharusnya dia mencari keinginan yang baik.
Baik atau buruknya mereka, tetap mereka adalah orangtuaku. Aku bahkan berdoa kepada Tuhan mudah-mudahan Dia memberikan aku kesempatan sekali lagi untuk menajdi anak dari kedua orangtuaku yang sekarang, agar apa yang belum sempat aku lakukan untuk membalas kasih sayang mereka dapat aku balas di kemudian hari.
2. Tanggal 17th until 22th Sept is my long day for holiday.
Aku benar-benar menepati janjiku untuk pulang 2x ke Medan. Kali ini tidak untuk menikmati holiday seperti yang telah di plan sebelumnya. Tapi untuk sembahyang 49 hari Papa. Menemui beberapa teman dan melepas rindu dengan Danie. Cuman, aku tidak merasakan kebahagiaan sebagaimana biasanya seorang kekasih yang melepas rindu.
Semua perasaan cinta itu disappear dan sekarang hanya menyisakan puing-puing rasa tidak percaya aku kepadanya. Aku sudah menghapus rasa cinta itu dan kembali menutup hatiku untuk suatu kesempatan dan mahluk yang namanya laki-laki. Aku hidup dan bernafas tapi sama sekali tidak ber-asa dan cinta. Hidup di kertas dan frame yang hitam-putih. Tenyata dia juga tidak berhasil mendapatkan cintaku. Tubuh dan fisik boleh saja dimilikinya tapi sama saja jika hatiku kosong. Begitu banyak pertimbangan kenapa aku tidak bisa menyerahkan cintaku kapadanya.


Pekanbaru, 26th of Sept 2009

This My Character

Stubborn and hard-hearted. Ambitious and serious. Loves to teach and be taught. Always looking at people's flaws and weaknesses. Likes to criticize. Hardworking and productive. Smart, neat and organized. Sensitive and has deep thoughts. Knows how to make others happy. Quiet unless excited or tensed. Rather reserved. Highly attentive. Resistant to illnesses but prone to colds. Romantic but has difficulties expressing love. Loves children. Loyal. Has great social abilities yet easily jealous. Very Stubborn and money cautious.

Must Read

Saya pernah membaca mengenai artikel yang menurut saya benar-benar perlu kita pertimbangkan
dalam memilih pasangan hidup kita. Artikel ini menggugah pandangan saya dalam memilih
dan memutuskan pasangan hidup. Saya beruntung membaca artikel ini, dan saya mau berbagi
dengan Saudara semua mengenai artikel ini. Semoga memberikan berkat juga untuk Saudara semua.

Cerita ini dibuat oleh seorang pria :
Adik wanita saya jatuh cinta pada seorang pria. Sayangnya pria ini mencintai wanita lain,
dan tidak berminat pada adik wanita saya, padahal adik saya cukup cantik, pandai dan baik.
Adik saya berusaha menarik pria (A) tersebut dengan memberi perhatian, terkadang memasak untuk dia,
dan lainnya. Tapi pria ini tetap tidak bergeming. Pada saat yang bersamaan, ada pria mencintainya.
Adik saya tidak tertarik dengan pria ini (B). B tidak peduli, dia tetap memberikan perhatian,
mau mendengarkan, memberikan hadiah-hadiah seperti bunga, coklat, dll. Sebetulnya ada
wanita lain yang mengejar pria B, tapi sayangnya si pria B tidak bergeming. Matanya hanya
melihat adik saya. Karena itulah, akhirnya adik saya memutuskan untuk menikah dengan pria B.
Setelah pernikahan, mereka dikarunia beberapa anak, dan adik saya makin lama makin bahagia.
Suaminya selalu menempatkan dia pada urutan nomor satu, memberikan hadiah-hadiah dan kejuta-kejutan manis,
memasak untuk dia, selalu ada sebagai tempat curahan, memberikan kebutuhan adik saya lahir dan batin.
Tentunya sebagai wanita, adik saya menjadi jatuh cinta dan semakin cinta dengan pria tersebut.

Cerita kedua adalah teman wanita saya. Dia mencintai seorang pria (C). Pria C ini sangat ganteng.
Banyak menarik perhatian wanita, termasuk teman wanita saya. Dia mengejar pria ini tanpa mengenal lelah, memberikan perhatian, berkunjung ke rumah pria tersebut, bergaul dengan teman-temannya.
Tapi pria C tidak mencintai teman wanita saya, dia mencintai wanita lain.
Karena satu dan lain hal, akhirnya teman wanita saya berhasil menikah dengan pria C, walaupun pria ini tidak mencintai dia.
Dia memiliki pria ini sekarang. Setelah pernikahan, wanita ini bertambah kurus,
mukanya tidak berseri, dan selalu terlihat tertekan. Dalam pernikahannya, pria C tidak pernah memberikan perhatian,
terkadang pulang malam, dan mempunyai wanita lain dalam pernikahan.
Kehidupan pernikahannya tidak bahagia. Dia mencoba dengan menambahkan anak, tetap pria C ini tidak peduli setelah mereka mempunyai lebih banyak anak.
Hati dan pikiran pria ini selalu pada wanita lain, wanita yang dicintainya.

Kesimpulan yang saya dapat dari cerita ini adalah
Pria adalah mahkluk yang berinisiatif dalam percintaan, pria suka mengejar, dan mendapat.
Sedangkan wanita adalah mahkluk yang bisa belajar untuk jatuh cinta atau bisa jatuh cinta kemudian apabila diperlakukan dengan baik dan penuh cinta.
Jadi dalam pernikahan idealnya memang kedua pihak saling mencintai. Tapi jika tidak,
alangkah baiknya jika pria yang mencintai terlebih dahulu, karena cinta seorang pria tidak bisa dibangun.
Dan jika pria mencintai seorang wanita, percayalah memang dia akan menempatkan wanita tersebut seperti ratunya,
berusaha memberikan yang terbaik dan selalu berusaha membahagiakan wanita tersebut.

Sebagai wanita, ingatlah untuk memilih pria yang mencintai kita. Tentunya setidak menariknya seorang wanita, pasti setidaknya da seorang pria pernah menyatakan suka pada wanita tersebut.

Selasa, Agustus 18, 2009

Berita Dukacita

Papaku meninggal hari Sabtu, 01 Agustus 2009, pukul 21.15 Wib di rumah. Terjawab sudah semua keras kepalaku, dan ini lah hasilnya… penyesalan seumur hidup. Aku tidak sempat melihat Papa menutup mata.
Boleh sedikit bercerita…
Senin, 27 Juli 2009, pukul 6.00 pagi aku terbangun dari lelapnya tidur yang aku rasa baru sejenak. Entah kenapa malam itu aku sulit sekali memejamkan mata dan ketika tidur merasakan hentakan kaki seperti jatuh ke jurang yang dalam? Aku bangun dengan hati kalut dan refleks mengapai Hape. Melihat ada SMS masuk dari nomor yang tidak aku kenal. Aku segera membacanya. “Bapak kumat lagi. Mulutnya sampai keluar busa.” Send Time : 04.16 Wib. Aku segera tau itu nomor abangku. Aku menelepon ke rumah dan menanyakan kabar Papa. Abang bilang sudah mendingan karena sudah diberikan pertolongan pertama dan sekarang sudah bisa duduk tapi belum bisa bicara. Papa mengeluhkan sakit pada kepala dan tenggorongkannya. Mengajaknya bicara, dia sudah tidak sanggup menjawab. Aku segera memberi instruksi untuk membawa Papa ke rumah sakit dahulu tapi abang bilang Medan hujan deras mesti tunggu sampai hujan dera.
Perasaaanku campur aduk seketika itu. Aku segera mengSMS kepala finance PT. GKI untuk mengabarkan bahwa Papa sedang sakit dan untungnya dia begitu pengertian langsung bilang bahwa jika aku hendak pulang dia mengizinkan aku pulang dan dia lah yang terus mendorongku untuk pulang ke Medan. Tapi memang aku bandel besikeras tidak mau pulang. Bukan hanya kepalaku yang keras tapi juga hatiku yang begitu keras tidak mau peduli dengan Papa. Tiba-tiba saja sakit hati ini menyeruak, benci ini menggunung dan menghasilkan kecuekkan tingkat tinggi yang parah.
Padahal sama sekali tidak ada salah paham yang berarti antara aku dengan Papa. Biasa lah jika orang sakit stroke, emosinya kadang sangat sulit dikendalikan dan emosiku sebagai orang yang lebih muda pun tidak kalah tinggi. Jadi hasilnya ya itu kami sering berantem dan adu mulut yang tidak penting. Sampai hari ini aku baru tau adu mulut itu tidak penting dan hanya membuktikan bahwa aku memang punya EQ yang rendah. Memang benar jika Papa sering mengeluhkan aku yang lulus sarjana belum bertindak sebagai seorang sarjana. Bagaimana dia bisa bangga kalau hanya nama saja sajana tapi EQ, cara pikir, dan cara aku menyelesaikan masalah masih seperti anak SD?
Ya, Papa memang seorang yang kasar dan kadang aku tidak suka cara dia menegur anak-anaknya. Tapi memang itu lah gayanya dalam mendidik anak. Haruskah aku menyesal telah lahir dari gen-nya dia? Aku tidak bisa memilih untuk bilang, tidak! Di antara semua kekurangannya, I Think he is my best Dad. Aku sudah berkali-kali mengatakan bahwa aku hanya akan memiliki 1 orang ayah, 1 orang ibu, keluargaku yang sekarang adalah orang yang harus aku terima dan aku terima sampai aku menutup mata.
Beberapa hari lewat aku selalu menelepon ke rumah, menanyakan perkembangan kesehatan Papa. Aku terus bertanya, haruskah aku pulang? Perlukah aku pulang segera? Tapi keluargaku bilang jangan panic, tidak perlu pulang dulu karna Papa sudah masuk ke RS Methodist. Masuk 2 hari, Papa terpaksa kami keluarkan karena tidak punya dana lagi, melihat belum ada perkembangan yang berarti kami anak-anaknya pun memutuskan agar Papa dibawa pulang saja dan dirawat di rumah.
Hari jumat, 31 Juli 2009, pukul 20.35 Wib, aku menelpon ke rumah dengan bahagia, mengabarkan aku sudah menerima gaji pertama dan sesegera itu pula mengirimkan uang ke Mama sebagai penganti uang Rumah Sakit Papa beberapa hari yang lalu. Tapi Mama sudah nanggis tersedu-sedu, dia terus mengeluhkan sampai kapan aku harus mengeraskan hatiku untuk tidak berniat pulang menjenguk Papa yang semakin hari semakin parah. Tatapannya sudah kosong, tidak bisa bicara dan makan pun sudah tidak bisa.
Aku memang terenyuh, ingin pulang tapi terus memikirkan berapa jumlah rupiah yang akan aku keluarkan. Mengingat aku memang harus merencanakan dengan baik financial pribadiku, ini semata-mata hanya untuk mengantisipasi beberapa event yang akan aku jalani beberapa bulan ke depan. Aku masih sempat-sempatnya menawar Mamaku dengan mengatakan, “Ma, Papa bisa bertahan sampai aku pulang bulan September tidak? Bulan September kan aku pulang Medan 2 kali. Tanggal 5 September sudah confirm aku pulang untuk sidang. Tanggal 19-22 September hari libur kan, aku juga akan pulang liburan di Medan.”
Mama hanya menjawab, “Kamu pulang saja lah, daripada kamu menyesal tidak melihat Papamu untuk terakhir kalinya.” Aku ingat kata-kata itu. terngiang-ngiang begitu jelas di telinggaku, dan penyesalan pun menjadi sia-sia.
Hari sabtu pagi, matahari sudah terik. Aku menelepon ke rumah kembali menanyakan kabar Papa. Mama kembali menaggis da mengatakan Papa sudah makin parah, matanya sudah kosong dan sama sekali tidak sadar. Sekali lagi aku masih menawar sebuah asa.
Siang jam 12 lewat, Abang mengabarkan lewat SMS bahwa Kakak yang dari Singapura pulang dan dia bertanya apakah aku tidak mau pulang? Satu pertanyaan yang langsung menembakku dan dari situ lah hatiku baru tergerak untuk pulang. Aku segera menelepon ke Travel dan menanyakan ada jadwal penerbangan ke Medan? Pihak Travel menjawab ada dan akan berangkat jam 14.25 Wib siang itu. ketika aku meminta untuk membook-kan tiket itu, pihak Travel mengatakan sudah tidak bisa lagi. Aku diminta untuk pergi ke airport langsung untuk membeli tiket di sana. Aku mengulur banyak waktu untuk packing bajuku. Habisnya aku pulang dengan setengah hati.
Aku masih santai-santai saja seakan-akan tidak mengerti ajal Papa sedang menjadi taruhannya. Hehmmmm… sesampainya aku ke bandara, benar-benar menjadi mimpi buruk untukku. Pesawat baru saja terbang. Ketika aku Tanya apakah ada penerbangan malam? Ticketing menjawab tidak ada. Penerbangan baru ada lagi besok dengan Riau Airlines jam 9.40 Wib.
Atas nasehat temanku, aku pun memilih pulang naeik bus. Hitung-hitung ala anak Akuntansi, naik pesawat dengan biaya Rp.674.000 besok pagi berangkat. Naik bus dengan biaya Rp.150.000 hari ini berangkat, besok pagi sampai. Toh sama-sama besok sampai tapi dengan selisih yang lumayan banyak. Akhirnya aku mengambil resiko pulang naik bus yang belum tentu aman dan dengan waktu perjalanan yang hampir 15 jam.
Tembak ke terminal sekitar jam 15.00 Wib, beli tiket dan akan berangkat jam 16.00 Wib. Temanku menasehatiku kembali dulu ke mess untuk makan, mandi dan ambil baju hangat. Setelah semua itu aku lakukan aku buru-buru ke terminal. Sampai disana jam 16.10 Wib, aku malah dilempar ke bus lain yang tujuannya ke Toba. Di luar dugaanku karna terasa begitu banyak rintangan. Aku batal naik PMH dan memilih ALS. Syukurnya aku tidak perlu menungggu lagi karena beberapa saat kemudian aku langsung berangkat.
Selama di perjalanan, hatiku begitu tegar. Mata pun terasa tidak ngantuk. Aku terjaga sampai jam 10 lewat dengan kondisi Hape lowbat, untuk itu aku mematikan Hape dengan harapan aku bisa mensave baterai agar dapat digunakan menelepon di pagi hari. Jam 10 lewat aku tertidur sebentar dan baru bangun ketika supir berhenti di rantau parapet untuk makan jam 11 lewat. Setelah makan aku membuka Hape dan meilihat ada beberapa SMS masuk. Salah satunya dari 222. Aku mendapat telepon dari rumah sekitar jam 9.30 Wib. Aku segera telepon ke rumah dan tidak ada yang menjawab. Menelepon ke Hape abang, dia marah-marah dan akhirnya memberikan kabar buruk ketika aku bertanya, “Bagaimana keadaan Papa?” “Papa sudah tidak ada”. Seketika itu aku menanggis. Aku teringat orang yang pertama kali aku telepon adalah kepala Financeku, Fanny, Nelly, mantanku.
Sampai di bus baru aku kabarin beberapa teman kuliah, teman ex sekantor GSI sambil menanggis. Sampai semua panic sambil turut bersimpati, berduka bersama denganku. Selama perjalanan itu aku sudah tidak bisa memejamkan mata. Terjawab sudah semua kekerasan hati dan kepalaku…. Apa yang telah direncanakan dengan indah unuk bulan September (sidang meja hijau), liburan, dan wisuda bulan Maret 2010, pupus seketika. Aku sedih sekali, Aku tidak mengharapkan Papa mengeluarkan biaya apa-apa buat semua acaraku tapi aku hanya mengharapkan kedua orangtuaku dapat hadir dengan utuh. Namun, ternyata Tuhan berkehendak lain. Pahit sekali ternyata nasibku.

Papaku Kumat lagi

Papaku kumat lagi. Penyakit stokenya kambuh. Hari senin, 27 Juli 2009 jam 2 lewat, Papa tiba-tiba kejang-kejang sampai mulut berbusa. Sempat tidak sadarkan diri. Ketika membaca SMS yang dikirimkan abangku jam 4 subuh, jantungku berdetup super kencang. Itu karena aku terlalu jauh tidak bisa segera pulang tiba-tiba untuk melihat dia. Hatiku sangat sakit…
Aku jadi berpikir apakah dia sakit gara-gara aku yang pergi jauh dari sampingnya secara selama ini aku memang tidak pernah hidup jauh dari keluargaku. Apalagi aku sekarang menjadi tulang punggung, anak yang paling diharapkan oleh orang tua. Semua beban jadi tertumpu di pundakku. Aku mempunyai responbility untuk menjaga mereka. Itu lah tujuan aku bekerja jauh di sini, berharap mendapat penghasilan yang lebih agar aku pun bisa memberikan mereka kehidupan yang lebih baik. Tapi…, Tuhan selalu mencobai diriku. Entah apa lagi yang Tuhan hendak lakukan untuk mencobaiku.
Aku merasa tidak berdaya dan tidak bisa menghindar dari semua cobaan ini. Aku hanya lah aku. Ampuni lah aku… Aku tau ini tidak baik, demi uang yang lebih aku mengorbankan keluargaku. Masih bisakah uang membeli namanya kehangatan berkumpulnya suatu keluarga? Itu pertanyaan yang sungguh menusuk relung hatiku yang kemudian membunuhku. Aku tidak bisa menjawabnya karena aku tidak memiliki jawaban.
Aku hanya berdoa waktu cepat berlalu dan September cepat tiba supaya aku bisa berkumpul segera dengan keluargaku. Bulan September di mana aku sidang meja hijau tanggal 5 september. Di susul dengan libur lebaran, tanggal 19-22 September.
Pekanbaru,30 Juli 2009

Dikesunyiaanku

Di kesunyiaanku ini, baru aku sadar bahwa tidak ada yang paling berarti selain berada di antara orang-orang yang kita sayangi tidak peduli walaupun dalam keadaan sesusah apapun. Itu lebih membahagiakan, lebih menenangkan daripada hidup sendirian sebahagia apapun tetap merasa hampa.
Aku pikir aku akan bertahan hidup hanya dengan modal kuat uang, tenaga, pikiran dan sarjana yang kumiliki, ternyata semua itu tidak cukup membuatku hebat untuk bertahan hidup ditenggah kerasnya dunia luar. Percaya atau tidak, ini semua begitu bermakna… sekarang aku sadar, dengan lari dari hampanya Medan dan sekarang aku lost in Pekan Baru.
Niatku dalam hati ternyata didengar Tuhan dengan sangat baik. Dia memang tidak menjawabku dengan segera, dia telah memberiku jalan yang sangat manis untuk dilalui. Dia tidak serta-merta mengabulkan doaku dalam hati karena dia tau kapan saat yang paling tepat buatku mendapatkan sama seperti doa-doaku.
Di saat skripsiku telah selesai, kuliah pun lulus dengan nilai cemerlang, aku akhirnya berani mengambil keputusan yang sama dengan doaku… pergi sejauh-jauhnya dari Medan. Aku ingin mencari kehidupan baru, melupakan semuanya yang begitu menyakitkan di Medan, mencari ilmu dan nafkah. Inilah jalan yang manis yang Tuhan berikan padaku. Dia memudahkan aku dalam perjalanan ke Pekan Baru. Mungkin Tuhan juga tau ketegaran dan kepahitan yang aku pendam selama ini selama di Medan.
Siapa sih yang tahan patah hati kemudian ambruk tanpa sedikit pun rasa kasihan?! Di mana cinta yang dulu sempat digembar-gemborkan sampai-sampai janji untuk menikah segala. Aku terlalu berharap banyak… kemudian jatuh… BRuuaaakkkk!!! Aku terjatuh ke dalam jurang terdalam yang gelllllaaap…
Aku sendiri tidak mampu melihat dunia ini, hatiku gelap tertutup dengan kebencian terhadap Cinta yang terasa begitu kejam padaku. Dia membawa aku ke dunia yang terasa seperti mati. Ya, jadi lah aku hidup seperti mayat. Bernafas dan beratifitas tapi sama sekali tidak berjiwa dan berasa. Hari-hari hanya diisi dengan emosi, marah, benci, keangkuhan dan tinggi hati. Aku hanya memakai topeng kelebihanku, memolesnya sedemikian rupa agar aku Pe-De kembali bergaul. Aku berharap tidak terpuruk lebih dalam dalam Cinta yang menyedihkan itu. Cuman, semakin aku berusaha ternyata semakin pula aku membencinya, ketakutan dan memikirkannya. Entah mengapa aku begitu mencintainya, memikirkannya…? Sungguh, seandainya saja dia bisa mengerti juga diriku semua akan baik-baik saja dan aku yakin dia lah orang yang tepat untukku. Sayang, itu hanya mimpi yang tidak pernah terjadi dan sesuatu hal bodoh untuk diharapkan.
Bukan cuman itu, keluarga yang tidak harmonis, ekonomi yang morat-marit. Dan persoalan-persoalan Rumah Tangga lainnya yang tidak etis untuk diceritakan selalu menjadi nitemare yang menakutkan. Aku trauma tinggal di rumah. Selalu merasa tidak safety, tidak comfort, dll. Semua itu membuatku terus berpikir kapan Tuhan akan melepaskan aku dari sana?
Aku hanya orang naïf yang pengen lari dari masalah, berusaha pergi sejauuuuuh-jauhnya, menghindarkan mata dari pemandangan yang menyakitkan, menutup telinga dari semua keributan, menutup mulut supaya tidak hanya mengeluarkan kata-kata kebencian. Aku hanya pengen jadi orang yang lebih baik. Dan Tuhan telah memberikan jalannya kepadaku. Ini lah jalan terbaik yang harus aku ambil dan segala resikonya telah aku jawab dengan berani untuk menanggungnya. Biarpun kehidupan di Pekan Baru mungkin akan lebih susah, keras daripada di Medan tapi di situ lah pelajaran EMAS yang selalu akan aku syukuri.
Setidaknya, aku belajar bagaimana me-maintain diriku sendiri? Belajar bagaimana men-take care diri sendiri? Karena no body’s can very understand, beside urself. Setidaknya aku belajar bagaimana kerasnya dunia ini sebenarnya.
Aku tau sebenarnya aku dilahirkan tidak untuk hidup susah. Aku menyadari itu, bagaimana, tidak? Walaupun Papaku sekarang stroke then tidak kerja, tapi biaya kuliah dan semua asset yang aku miliki saat ini mampu aku beli dari gajiku yang tidak seberapa. Lain lagi biaya hidup bulanan rumah, buat diriku sendiri include waste money for shopping and buy text book or the other expenditure in campus. Huh, kadang-kadang aku binggung juga darimana semua uang itu datang, kok dibilang susah tapi sampai sekarang aku punya saving dalam jumlah aman. Walaupun tidak banyak-banyak amat. Ini sudah lebih baik daripada teman seSMA aku yang belum tentu punya semua yang aku miliki walaupun kami sama-sama bekerja dan berpenghasilan yang sama.
Walaupun begitu, aku tidak serta merta menjadi takabur dan menyerah lalu bahagia dengan apa yang telah aku miliki. Aku mau mengejar yang lebih. Ini lah saatnya aku mengumpulkan kembali uang yang telah aku habiskan buat kuliah. Dan aku harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Bekerja dengan sebaik-baiknya, dan tentunya tidak melulu aku kemudian menjadi orang yang kaku.
Di sini aku membuka hatiku selebar-lebarnya, mentegarkan niatku sekuat-kuatnya dan aku akan berteriak pada dunia, I CAN SURVIVE! Doaku hanya 1 ; semoga jalan yang aku pilih ini tidak memberatkan siapapun dan orang-orang yang sedang aku tinggalkan sementara waktu juga dikuatkan, dipelihara dalam kecukupan materi dan kekuatan untuk menjalani hari demi hari. Begitupun aku. Aminnnnn….
Pekan Baru, 14 July 2009

June,What news?

Bulan Juni baru saja aku lewati beberapa hari yang lalu. Begitu banyak cerita bersejarah yang aku lewati di bulan itu. Sorry baru bisa sharing sekarang karena baru sempat duduk dan buka laptop. Haha… Penasaran donk sama kegiatan dan cerita apa aja yang telah aku jalani selama bulan Juni? Simak aja…
1. Tanggal 1. Aku mengajukan pengunduran diri ke manajemen PT. GSI.
Keluar dengan alasan mau menyelesaikan skripsi (maaf jika hanya alasan yang dibuat-buat). Itu alasan untuk manajemen. Kalau alasan sebenarnya adalah aku berangkat ke Pekanbaru kerja di Group Indako Honda, sedangkan faktor turunan kenapa sampai aku memilih cari kerjaan baru adalah karena tidak tahan lagi dengan kondisi lingkungan kantor (teman-teman dan pimpinan), belum lagi perlakuaan lain yang terasa seperti tekanan. Kerja di bawah tekanan terus-menerus tidak selamanya akan menciptakan SDM yang disiplin. Dan ini memang benar, tekanan hanya akan membuat bawahan kita merasa tidak nyaman dan tidak memiliki motivasi kerja yang baik. Maaf aja kalau aku terlanjur mencap PT.GSI tidak memiliki struktur organisasi yang jelas dan status karier yang jelas (kerja ibarat kepala jadi kaki, kaki jadi kepala-aka.rangkap-rangkap).
Kalau ada yang bertanya lagi kenapa berani ambil resiko kerja di luar kota dan jauh dari orang tua, teman-teman, dll (maksudnya isi sendiri)? 1. aku ingin belajar mandiri, sampai umur 21 tahun ini aku selalu dimanja oleh Mamaku. Perlakuaan special itu tidak mendidik aku menjadi lebih baik. Aku merasa justru aku adalah pemalas dan bersenang-senang terus. Sungguh aku tidak mau diperlakukan seperti itu. Ini lah saatnya aku belajar berdiri di kaki sendiri dan menunjukkan bahwa walaupun aku anak bontot belum tentu aku tidak bisa hidup mandiri dan mampu hidup jauh dari orang tua. 2. aku ingin mencari suasana baru dan sedikit melupakan kenangan di Medan yang menyedihkan (ibarat meditasi dan mencari ilham).
2. Tanggal 8-11. Ujian final. Semester 8 sudah aku akhiri dan hasilnya memuaskan. Aku dapat nilai sempurna-aka.A untuk semua mata kuliah. Hasil yang menakjubkan karena persiapan ujian ini memang sangat minim. But I tried my best, and I get the best. Haha…
3. Tanggal 15-22. Finding Lecture. Hah, aku dikejar deadline. Pekanbaru waiting for me so I must finished all. Dan memang Tuhan itu baik, aku diberi jalan yang super mudah dan mulus dalam menyelesaikan skripsi ini. Setelah menjalani proses yang berbelit-belit dengan dosen pembimbing 1, aku merasa telah dimudahkan dalam pembimbingan oleh dosen pembimbing 2 (walaupun tetap ada revisi).
4. Tanggal 24. My lovely Hubby coming. Copy darat dengan pacar online via facebook. Hwaa, dia lah spirit aku selama 2 bulan ini. Dia lah yang membuat aku merasakan cinta lagi, sesuatu yang telah aku anggap mustahil dapat aku rasakan. Deg-deg-an banget waktu ketemu.
5. Tanggal 25-26. Waktu ini aku pergunakan sebaik-baiknya untuk pendekatan. Aku berusaha menghentikan waktu hanya untuk berduaan dengan dia. Senangnya bisa memeluk dia dalam bentuk yang nyata. Selama ini aku hanya bisa melihat dia melalui webcam, mencintai dia hanya dari tulisan dan suara tapi 2 hari itu aku sungguh-sungguh bisa melihat dan menyentuhnya secara nyata. I love him so much… and really wants to be her wife.
6. Tanggal 27. Firewell time for Hubby. Waktu terasa begitu cepat berjalan. Hwaa…. I need more than 3 days. Sedih…Hiks… hiks…
7. Tanggal 30. Result Final exam dan firewell dengan keluarga. Waktuku terasa so pack. Walaupun tidak lebih mirip perpisahan sih. Tiba-tiba hatiku setegar karang dan tidak merasa sedih sama sekali. Walaupun aku sendiri juga belum tau bagaimana bentuk dan suasana yang akan aku jalani di Pekanbaru.
Demikian lah kejadian satu bulan di Juni ini dapat aku ringkas. Lebih dan kurangnya mudah-mudahan dapat ditambah pada arsip blog berikutnya. Bukannya aku menggangap kejadian di luar 7 list di atas tidak penting tapi memang kepalaku sudah terlalu penuh. Hahaha… Thanks…
Pekanbaru, 04 Juli 2009

Minggu, Mei 10, 2009

Putus lagi, hahahaha

Terasa baru aja kemarin aku nulis tentang ‘Putus, lagi!’ di blog ku ini eh, semalam tiba-tiba aku dapat SMS yang mengabari aku bahwa salah satu teman segenk aku waktu SMA dulu, juga putus.
Intinya bunyi SMS itu selain mengabari juga memberi aku mandate untuk segera menelepon si K dan menghiburnya.
Tentu saja aku jadi penasaran dan pengen tau apa yang sedang terjadi sama si K tapi kalau tiba-tiba aku SMS dan to the point menanyakan perihal putusnnya dia juga bukan suatu hal yang bijaksana.
Aku mencoba mencari tau dulu dari temanku si-F, misalnya tentang masalah penyebab putusnya, bagaimana ceritanya, dll. Setelah dapat informasi yang memadai, aku berusaha mencernanya dan berusaha mencari akal alasan tepat apa yang bisa aku gunakan untuk menghubungi si-K.
Malamnya aku menelepon si-K. Awalnya berbasa-basi, putar-putar tidak jelas akhirnya, baru berani bertanya bagaimana hubungannya dengan pacar. Dari awal K mengangkat telephone aku dapat merasakan bahwa dia sedang tidak baik untuk diajak berbicara tentang si pacar (sekarang mantan). Suaranya lemah, sedih, dan tidak bersemangat. Cara bicaranya pun terputus-putus seperti sedang menahan air mata. Aku jadi tidak enak hati meleponenya malam itu. tapi, aku terus menerapkan teknik couching yang baik, bertanya dengan penuh hati-hati. Hasilnya sih tidak banyak, informasi yang aku peroleh malam itu intinya adalah dia sedang tidak bisa cerita banyak dan hanya menegaskan bahwa dia sudah tidak punya hubungan apa-apa dengan si cowok.
Aku dapat memaklumi keenganan si-K untuk berbicara banyak tentang masalah pribadinya di saatnya emosinya naik turun. Setelah telephone ditutup aku pun menghubungi temanku yang lain si-N. di situ aku bercerita banyak, sharing dan mencoba mencari solusi terbaik buat si-K. si-N juga cerita bahwa dia dan F sudah banyak menasehati si-K agar jangan terus larut dalam kesedihan.
Seperti tulisan diblogku kemarin bahwa ketika kita baru putus, perasaan kita campur aduk. Terasa sakit banget, bahkan seperti mau mati! Di saat aku sudah bisa mengendalikan perasaanku sendiri dan sudah bisa menerima kenyataan bahwa tidak ada yang perlu disesali lagi, membuatku better. Aku jadi mengecam sikapnya yang terus larut dan jatuh dalam kesedihan. Aku mengangap kenapa harus jadi lemah hanya gara-gara putus cinta? mengapa kita harus jadi orang yang tertutup hanya gara-gara ditinggalkan cinta?
Nah, aku bercermin sekarang dan menemukan jawabannya. Di saat aku sedang menjadi orang yang tegar aku jadi tidak bisa melihat dari dua sisi yang berbeda. Aku seakan lupa dulu sakitnya aku ketika baru putus.
Hari ini aku mencoba meikirkannya kembali dan mencoba mengurai benang kusut dari sudut pandang aku sendiri (semoga saja si-K bisa menerima tulisanku ini).
Dapat aku maklumi kenapa temanku itu begitu menderita, seakan belum dapat menerima dirinya diputusin oleh pacarnya. Hal itu karena selama ini Si-K tertalu bergantung pada si cowok, mulai dari masalah tugas, antar-jemput dan sebagainya. Si-K merasa dia menemukan seseorang yang tepat untuk pengganti ayahnya yang telah meninggal sejak dia SD. Secara tidak sadar justru si-K (yang dianggap manja) yang membuat si-cowok merasa tertekan, dan capek. Bagaimana yah, di satu sisi aku menilai si-K memang pantas dong manja sama pacarnya sendiri, kalau bukannya sama pacar sendiri lantas mau manja sama siapa? Benar kan?, di sisi lain aku jadi berpikir kenapa selama ini si-K yang terlihat mandiri, tegar, ulet berubah jadi lemah, manja, dan tidak berdaya ketika telah berpacaran?
Kembali lagi aku mengutuki ‘Cinta’. ini terlalu pelik untuk dijelaskan. Aku dapat merasakan bagaimana hancurnya hati temanku, karena aku melihat mereka mulai dari nol. Si-K mencintai cowoknya bukan dari harta. Itu terbukti. Bukan apa-apa ketika mereka baru jadian, si cowok sama sekali tidak punya apa-apa, bahkan kendaraan pun tidak punya.
Mereka rela melewati masa-masa sulit, di mana si cowok sempat dipandang rendah oleh kelaurga si-K. namun toh itu semua masih bisa mereka lewati dengan acungan jempol kami teman satu genk-nya. Si-K menemani cowoknya kemana-mana dengan kendaraan umum seperti beca mesin, menemani si cowok sampai si cowok tamat kuliah dan sekarang mendapat pekerjaan yang layak dan memiliki kemampuan materi yang lebih. Kenapa di saat kelegaan materi sudah didapat si cowok melupakan begitu saja siapa yang telah berjasa sehingga dia bisa seberhasil sekarang?
Tidak habis pikir memang, aku kira si cowok akan melembutkan hati untuk membicarkan semuanya lagi, baik-baik. Toh, sifat bisa diubah. Si-K saja dulu bisa mengerti keadaan si cowok dan dengan rela mau menjalani pacaran dengan konsep sederhana. Kenapa tiba-tiba sekarang yang satu malah menyerah hanya gara-gara hal yang sepele? Coba deh dipikirkan lagi.
Menemukan seseorang yang dapat mencintai kita dengan tulus dan konsep yang sederhana itu sangat sulit. Kita hanya dapat menemukan salah satu dan tidak bisa memenuhi semua keinginan kita 100%. Tidak ada pacar yang sempurna di dunia ini. Jika dia telah dapat menerima keadaan kita tanpa cela, kenapa kita harus menuntut dia dapat melakukan hal yang lebih daripada itu?
Memang ada saatnya kita merasa pacar kita saat ini tiba-tiba menjadi orang yang paling tidak mengerti kita tapi coba juga pikirkan apakah kita selama ini sudah cukup mengerti dirinya?
Tidak mungkin akan ada perselisihan jika masih ada cara untuk mengkomunikasikan. Semoga saja aku dapat lebih netral menanggapi masalah kalian berikutnya.
Bagi yang ingin mengomentari tulisanku ini atau sedang mengalami masalah yang sama. Silahkan mampir di Pinkpinnysspecialblog.blogspot.com atau email pribadi SilviaPinny@yahoo.com.
Medan, 26 April 2009

kamu mungkin punya solusi

Dalam pikiran aku sekarang setelah wisuda mau gimana?, setelah keluar dari kerja lama mau buat apa? Mau cari kerjaan yang seperti apa? Mau kerja yang bagaimana? Gajinya mau berapa? Terus mau nikah umur berapa? Mau cari pasangan yang gimana? setelah nikah mau gimana? Mau punya anak berapa? Setelah punya anak mau kerja lagi atau tidak? Mau jadi ibu rumah tangga aja atau jadi wanita karier? Ribet yah pikiranku. Untuk wanita seumuran (21 tahun, aku merasa baru kemarin deh tamat sekolah dengan rok abu-abu, eh tau-taunya umurku sudah terus bertambah) aku berpikiran sepanjang gitu normal tidak sih? Aku merasa hidupku tidak normal, selalu terbebani dengan pikiran-pikiran negative sehingga akhirnya gitu deh terbebani sendiri. Merasa hidup itu kok berat banget untuk dihadapi. Soalnya dari semua pertanyaan yang aku tulis tadi, jawabannya bakal sambung-menyambung jadi satu (kayak lagu kebangsaan Indonesia yah?) yang akhirnya ujung-ujungnya aku jadi takut ngebayanginnya.
Kalau saja aku bisa memilih aku tidak ingin hidup di sini dan seperti ini. Bukannya aku tidak bersyukur dan menyadari hidupku ini tidak berjalan sesuai dengan rencanaNya (ih, religius banget yah?) tapi aku tidak sanggup menghadapi hidup yang kompleks ini apalagi tidak didukung oleh keluarga yang solid. Kadang, aku tidak tau mesti cerita dimana, tentang semua impian-impian aku, target-targetku, kerjaan kantor aku, masalah kesehatanku, belum lagi sharing tentang pikiran aku yang panjang-panjang di atas?
Aku memang kesepian, dan bukan berarti lantas aku jadi wanita jablay, aku tetap merasa aku cukup mandiri di dunia ini, dan sedikit menutup mata dengan namanya cinta (alias membiarkan orang datang dan pergi sesuka hatinya, mirip lagu siapa yah?) dan merasa aku tidak perlu someone special untuk menemani hari-hariku, mengisi hari-hariku, selalu siap memberikan telingga dan hatinya untuk mendengar curhatanku, atau selalu siap memberikan bahunya untuk menopang aku di saat aku letih perasaan sekaligus motivator aku tapi itu semua merupakan wujud kerinduan hati aku yang terdalam. Aku tidak minta Tuhan menurunkan malaikat setampan bradpritt, sekaya atau seperfect Price William untuk jadi pasangan aku, aku cuman minta criteria seperti yang aku idamkan. Cukup simple, bukan? Ini lah aku wanita dengan segenap kesimpelannya, dengan segenap kekeurangannya namun masih berharap Tuhan itu baik (dan akan selalu baik).
Maaf deh jika aku berubah jadi melankolis, soalnya aku mesti bertarget dari sekarang dan tidak ingin hidup hanya let it flow atau gone by wind, aku mesti menyusun target mulai dari kuliah, kerja, sampai pasangan. Karena, semakin lama aku hanya terduduk memikirkan pertanyaan-pertanyaan tadi semakin lama aku membiarkan hidupku ini dihantui ketakutan kegagalan. Aku hanya mencoba, selanjutnya aku tetap serahkan sesuai dengan rencanaNya. Mohon doanya teman-teman.nah, yang mau ikutan sharing tentang tulisan terbaru aku ini silahkan saja akses blog aku di pinkpinnysspecialblog.blogspot.com atau email saja ke SilviaPinny@yahoo.com atau FS di “Pink” atau FB “Pinkpinny”.
I life until now because onething maybe it’s you…. Thanks
Medan, 18 April 2009

Putus, lagi

Putus, emang terasa sakit banget. Seperti mau mati. Kalau orang yang belum pernah patah hati pasti deh ngejekin bahwa kita lebay! Padahal sama sekali tidak dibuat-buat, tidak direkayasa, atau semacamnya, nature aja.
Muka pasti bawaanya sendu aja, mulut terkunci rapat atau ada yang lebih dramatis, air mata bawaannya mau keluar terus, terus dan terus.
Itu lah buktinya, maha karya Tuhan yang namanya Cinta. Banyak dipuja tapi tidak sedikit pula orang menyumpahinya (salah satunya aku) karena selama 23 tahun aku hidup di dunia, terasa tidak ada nikmat-nikmatnya Cinta itu aku rasakan. Hahaha… Hiperbola banget!
Seperti kata pepatah seorang teman satu kantorku, “bukan perpisahan yang aku sesali tetapi pertemuan itu lah yang aku sesali.”
Lagi-lagi aku harus mengeluarkan kata bijak yang tidak bosan-bosannya aku lafalkan, “jika melepaskan merupakan satu-satunya cara terbaik untuk membuat dirimu dan dirinya bahagia, maka lepaskan lah dia. Jika memilikinya sama saja hanya akan membuat kamu dan dirinya menderita batin maka lebih baik jangan berusaha untuk mempertahankannya. Karena memeluknya erat tidak akan membuat dunia menjadi lebih baik. Kadang ada saat tertentu kita harus melepasnya. Membiarkan dia hidup bebas dan mengepakkan sayap terbang meninggalkan kita. Supaya kita pun akan diberikan kemampuan yang sama, dianugerahkan orang yang lebih baik.”
Komentar dan Curhat kalian selalu aku rindukan, Pinkpinnysspecialblog.blogspot.com atau email pribadi SilviaPinny@yahoo.com.
Medan, 13 April 2009

Senin, April 13, 2009

Salam hangat

Akhir-akhir ini usaha aku mempromosikan blog aku tidak sia-sia. Sekarang jumlah pengunjung ke blog aku sudah bertambah, walaupun tidak signifikan tapi tetap ucapan syukur harus aku hanturan sebesar-besarnya kepada Tuhan. Setiap usaha yang telah aku lakukan dan segenap ide yang telah aku tuangkan ternyata mendapat sambutan positif dari teman-teman sejawat yang ternyata juga suka ngeblog. Thanks bagi yang sudah mampir dan sudah memberi komentar baik di email, FS, maupun media lainnya. Semoga saja saya tetap bisa berkomunikasi dan menjalin tali persahabatan sekalian juga menyalurkan hobi menulis saya.
Maaf kalau misalnya komentar kalian ada yang belum aku baca, maklum sibuk banget eui… ngejar setoran, ngejar target juga (maklum kan saya sudah mau diwisuda akhir September tahun ini jadi harus tetap semangat!), ngejar deadline kantor juga. Hehehehe… padahal cita-cita saya suatu hari nanti saya bisa kerja Freelance saja tapi dibeberapa bidang yang memang sudah jadi impian saya (kayak yang di novel Pacar Alternatif itu lho, si-Pinisi). Kayaknya seru deh, kerja freelance tapi setorannya banyak. Jadwalnya tidak ketat dan yang paling penting kerjaannya benar-benar yang kita sukai.
Bukan aku bilang kerjaan aku tidak enak, hehehhe… mabok juga kalau setiap hari mesti pelototin angka yang tidak jelas ujung pangkalnya terus ngitung siang-malam (cie… segitunya) tapi bukan milik kita. Hehehehe…
Aku suka menulis tapi bukan berarti aku jago nulis, aku suka berbicara tapi tidak berarti aku cocok jadi penyiar. Hehehe… kira-kira aku cocoknya jadi apa yah?
Nah, yang lagi pengen curhat soal pekerjaannya, atau ada informasi tentang lowongan pekerjaan (untuk saya tentunya), silahkan akses blog aku di Pinkpinnysspecialblog.blogspot.com atau email SilviaPinny@yahoo.com yang selalu on buat kalian. Terima kasih…

Hati-hati, Kali ini sama Dokter. Hah?

ketika dokter indonesia sudah "menjual" hati nuraninya, kemanakah kita bila sakit?


halo rekan-rekan.
..
Ini tulisan yang mungkin 'aneh', saya sebagai seorang dokter justru meminta rekan-rekan untuk berhati-hati pada dokter. Ini mengikuti tulisan Pak Irwan Julianto di Kompas 4 Maret 2009 lalu, yaitu mengenai 'caveat venditor' (produsen/penyedia jasa berhati-hatilah) .

Ceritanya begini, beberapa hari ini saya mengurusi abang saya yang sakit demam berdarah (DBD). Saya buatkan surat pengantar untuk dirawat inap di salah satu RS swasta yang terkenal cukup baik pelayanannya. Sejak masuk UGD saya temani sampai masuk ke kamar perawatan & tiap hari saya tunggui, jadi sangat saya tau perkembangan kondisinya.

Abang saya paksa dirawat inap karena trombositnya 82 ribu, agak mengkuatirkan, padahal dia menolak karena merasa diri sudah sehat, nggak demam, nggak mual, hanya merasa badannya agak lemas. Mulai di UGD sudah 'mencurigakan' , karena saya nggak menyatakan bahwa saya dokter pada petugas di RS, jadi saya bisa dengar berbagai keterangan/penjelas an & pertanyaan dari dokter & perawat yang menurut saya 'menggelikan' . Pasien pun diperiksa ulang darahnya, ini masih bisa saya terima, hasil trombositnya tetap sama, 82 ribu.

Ketika Abang akan di-EKG, dia sudah mulai 'ribut' karena Desember lalu baru tes EKG dengan treadmill dengan hasil sangat baik. Lalu saya tenangkan bahwa itu prosedur di RS. Yang buat saya heran adalah Abang harus disuntik obat Ranitidin (obat untuk penyakit lambung), padahal dia nggak sakit lambung, & nggak mengeluh perih sama sekali. Obat ini disuntikkan ketika saya ke mengantarkan sampel darah ke lab.

Oleh dokter jaga diberi resep untuk dibeli, diresepkan untuk 3 hari padahal besok paginya dokter penyakit dalam akan berkunjung & biasanya obatnya pasti ganti lagi. Belum lagi resepnya pun isinya nggak tepat untuk DBD. Jadi resep nggak saya beli. Dokter penyakit dalamnya setelah saya tanya ke teman yang praktik di RS tersebut dipilihkan yang dia rekomendasikan, katanya 'bagus & pintar', ditambah lagi dia dokter tetap di RS tersebut, jadi pagi-sore selalu ada di RS.

Malamnya via telepon dokter penyakit dalam beri instruksi periksa lab macam-macam, setelah saya lihat banyak yang 'nggak nyambung', jadi saya minta Abang untuk hanya setujui sebagian yang masih rasional.

Besoknya, saya datang agak siang, dokter penyakit dalam sudah visite & nggak komentar apapun soal pemeriksaan lab yang ditolak. Saya diminta perawat untuk menebus resep ke apotek. Saya lihat resepnya, saya langsung bingung, di resep tertulis obat Ondansetron suntik, obat mual/muntah untuk orang yang sakit kanker & menjalani kemoterapi. Padahal Abang nggak mual apalagi muntah sama sekali. Tertulis juga Ranitidin suntik, yang nggak perlu karena Abang nggak sakit lambung. Bahkan parasetamol bermerek pun diresepkan lagi padahal Abang sudah ngomong kalau dia sudah punya banyak.

Saya sampai cek di internet apa ada protokol baru penanganan DBD yang saya lewatkan atau kegunaan baru dari Ondansetron, ternyata nggak. Akhirnya saya hanya beli suplemen vitamin aja dari resep.

Pas saya serahkan obatnya ke perawat, dia tanya 'obat suntiknya mana?', saya jawab bahwa pasien nggak setuju diberi obat-obat itu. Perawatnya malah seperti menantang, akhirnya dengan terpaksa saya beritau bahwa saya dokter & saya yang merujuk pasien ke RS, Abang menolak obat-obat itu setelah tanya pada saya. Malah saya dipanggil ke nurse station & diminta tandatangani surat refusal consent (penolakan pengobatan) oleh kepala perawat.

Saya beritau saja bahwa pasien 100% sadar, jadi harus pasien yang tandatangani, itu pun setelah dijelaskan oleh dokternya langsung. Sementara dokter saat visite nggak jelaskan apapun mengenai obat-obat yang dia berikan.. Saya tinggalkan kepala perawat tersebut yang 'bengong'.

Saat saya tunggu Abang, pasien di sebelah ranjangnya ternyata sakit DBD juga. Ternyata dia sudah diresepkan 5 botol antibiotik infus yang mahal & sudah 2 dipakai, padahal kondisi fisik & hasil lab nggak mendukung dia ada infeksi bakteri. Pasien tersebut ditangani oleh dokter penyakit dalam yang lain. Saat dokter penyakit dalam pasien tersebut visite, dia hanya ngomong 'sakit ya?', 'masih panas?', 'ya sudah lanjutkan saja dulu terapinya', visite nggak sampai 3 menit saya hitung.

Besoknya dokter penyakit dalam yang tangani Abang visite kembali & nggak komentar apapun soal penolakan membeli obat yang dia resepkan. Dia hanya ngomong bahwa kalau trombositnya sudah naik maka boleh pulang. Saya jadi membayangkan nggak heran Ponari dkk laris, karena dokter pun ternyata pengobatannya nggak rasional. Kasihan banyak pasien yang terpaksa diracun oleh obat-obat yang nggak diperlukan & dibuat 'miskin' untuk membeli obat-obat yang mahal tersebut. Ini belum termasuk dokter ahli yang sudah 'dibayar' cukup mahal ternyata nggak banyak menjelaskan pada pasien
sementara kadang kala keluarga sengaja berkumpul & menunggu berjam-jam hanya
untuk menunggu dokter visite.

Abang sampai ngomong bahwa apa semua pasien harus ditunggui oleh saudaranya yang dokter supaya nggak dapat pengobatan sembarangan? Abang juga merasa bersyukur nggak jadi diberi berbagai macam obat yang nggak dia perlukan & jadi racun di tubuhnya.

Sebulan lalu pun saya pernah menunggui saudara saya yang lain yang dirawat inap di salah satu RS swasta yang katanya terbaik di salah satu kota kecil Jateng akibat sakit tifoid. Kejadian serupa terjadi pula, sangat banyak obat yang nggak rasional diresepkan oleh dokter penyakit dalamnya.

Kalau ini nggak segera dibereskan, saya nggak bisa menyalahkan masyarakat kalau mereka lebih memilih pengobatan alternatif atau berobat ke LN. Semoga bisa berguna sebagai pelajaran berharga untuk rekan-rekan semua agar berhati-hati & kritis pada pengobatan dokter.

Kamis, April 09, 2009

Why WE Nedd a Friend

Friend may not be able to pull you up...
But
They Will still think of ways not to let You Fall

Penting nggak sih?

Hari ini aku dapat sebuah nasehat yang menurutku penting nggak penting sih. Nasehat itu bunyinya begini : ada 4 kriteria cowok sempurna yang seharusnya jadi perhatian kita dalam memilih cowok. Keempat criteria itu adalah sebagai berikut :
1. Cowok itu harus bisa membedakan antara seks dan cinta. (Comment : Hehehe.. benar juga sih. Kadang saat kita terjebak dalam situasi romantis kita jadi tidak mampu lagi membedakan antara cinta dan nafsu. Awalnya sih maksudnya pengungkapan cinta tapi akhirnya berubah jadi nafsu yang sia-sia).
2. Cowok itu harus bisa membedakan 3 A yaitu : , harta, tahta, dan wanita. (Comment : yah, kalau tidak mau munafik sih laki-laki zaman sekarang kebanyakan orang beroriented ketiga hal tersebut. Alasannya adalah selama kita masih bisa memilih, kenapa tidak?)
3. Cowok itu harus memmpunyai 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, atau 360 hari dalam setahun untuk kamu. (Comment : kalau dipikir-pikir ini egois banget deh. Menurut aku masa setiap menit, setiap detik kita harus selalu ada di sisi pacar atau suami kita? Kan tidak masuk akal? Ya, bisa-bisa nanti pasangan kita yang bosan gara-gara kita banyak nuntut tentang waktu sama dia yang notabenenya orang sibuk. Ya, tapi kalau memang maksud dari pengungkapan itu adalah waktunya itu hanya untuk mencintai kita itu lebih baik).
4. Laki-laki itu harus berani dan mau berkomitmen. (Comment : Nah, yang ini aku setuju banget. Tau kenapa? Karena salah satu tanda laki-laki itu serius dalam menjalani hubungan dengan kita adalah keberaniannya membuat komitmen dan berupaya dengan segenap cara untuk mewujudkan komitmen yang telah dibuatnya tersebut. Dan komitment itu mengambarkan kedewasaan berpikir seorang laki-laki terhadap masa depan hubungan yang hendak dibangun, dan dengan adanya komitmen maka jelas menunjukkan kesiapannya untuk membangun sesuatu yang lebih dari sekedar hanya pacaran).
Bagi yang penegn memberikan komentar lain atau menangapi komentar yang aku berikan silahkan mampir diblog aku di Pinkpinnysspecialblog.blogspot.com atau email aja ke SilviaPinny@yahoo.com
Medan, 08 April 2009

Minggu, April 05, 2009

Hati-hati!

Tertipu produk dari Deverse, Medan fair lt. 1

Kejadian ini baru saya alami tadi siang di Plaza Medan Fair. Siang tadi saya jalan-jalan bersama teman sekantor saya, makan bersama lalu belanja. Ketika acara selesai, saya pamit pulang dan kebetulan saya kebelet buang air kecil maka saya mencari kamar mandi terdekat. Saya singgah di ATM terdekat untuk menarik uang sebanyak Rp. 1.500.000,- (satu setengah juta rupiah) untuk pegang-pegang hari esok setelah itu baru ke kamar mandi. Karena kamar mandi lt. 3 ramai sekali dan saya sudah tidak tahan lagi maka saya mencari kamar mandi yang di lt. 1. Sesaat setelah keluar dari kamar mandi saya bertemu dengan seorang SPG yang langsung memberikan saya sekotak bungkusan kado, yang saya sendiri tidak tahu apa isi di dalamnya. Dia memberikan kado itu sambil mengajak saya masuk ke dalam tokonya untuk membantunya mengisi formulir data diri (katanya sebagai tanda bukti kepada atasannya bahwa bungkusan kado itu memang diberikan kepada customer).
Saya masuk dan dipersilahkan duduk dengan ramah. Awalnya saya memang hanya diminta untuk mengisi data di formulir yang tersedia dan SPG itu menjelaskan bahwa toko mereka sedang melakukan promosi dan saya diberikan hadiah secara cuma-cuma. Setelah saya mengisi data lalu SPG tersebut kembali menawarkan saya hadiah lainnya yaitu menarik undian yang telah disediakan secara cuma-cuma. Saya diberikan 5 pilihan kertas dan saya diminta untuk menarik salah satunya. Saya pun mengikuti permintaanya. Saya menarik 1 pilihan kertas lalu saya diminta untuk membukanya (saya masih belum mengerti jalur penipuan yang dilakukan), saya kembali mengikuti permintaan si-SPG. Dan dengan terkejutnya saya dibuat mereka bahwa saya mendapatkan 3 logo gambar hadiah sekaligus yang terdiri dari penyegar ruangan, dispenser air, dan pelangsing tenaga listrik yang katanya bernilai total Rp. 11.750.000,-. SPG-SPG yang lain langsung memberikan selamat kepada saya dan menyalami saya dengan ceria. Mereka terus memuji keberuntungan saya dan meminta saya meneraktir mereka jika hadiah memang benar-benar seperti logo yang tercantum di kertas undian yang tadi saya buka akan menjadi milik saya. Salah satu SPG mengatakan pada saya bahwa dia harus mengecek dulu ke pusat apakah benar nomor seri undian yang tadi saya buka itu benar adanya. Saya diminta menunggu sesaat sambil ditemani ngobrol oleh SPG yang lain. Di situ hati saya sudah tidak enak karena SPG yang lain terus-terus mengajak ngobrol tentang privacy keuangan saya misalnya: saya menabung di bank mana dan berapa point yang saya miliki atau jenis handphone dan rumah yang saya miliki. Ketika saya bertanya kenapa dia bertanya demikian alasanya karena toko Deverse bekerjasama dengan merchant VISA dan Mastercard dengan keuntungan dimana siapa pemegang kartu yang bekerjasama dengan kedua mercant tersebut akan mendapatkan kemudahan dimana pajak hadiah yang saya terima nanti akan ditanggung oleh bank-bank yang bekerjasama dengan kedua merchant tersebut.
Setelah beberapa saat kemudian SPG yang tadi kembali dan menyalami saya kembali sambil berkata bahwa saya memang sangat beruntung dan benar bahwa ketiga jenis hadiah yang tertera pada logo memang benar boleh saya bawa pulang. Saya diminta memberikan KTP lalu dia mengisi formulir lain. Dia terus menyakinkan saya bahwa sudah banyak yang menang, dia pun memperlihatkan kepada saya foto-foto pemenang yang dimaksud beserta faktur penerimaan barang yang dimaksud.
SPG itu menjelaskan bahwa saya terpilih menjadi duta Deverse dan mereka akan segera melakukan launcing produk di SUN Plaza bulan Juni nanti. Nah, anehnya SPG itu mengatakan bahwa hadiah-hadiah yang tadi tertera di undian hanya dapat diambil pada saat launcing produk di SUN Plaza Juni nanti. Saya juga boleh menukarkan hadiah yang peroleh dengan produk lain yang totalnya sama. SPG itu menawarkan saya bermacam-macam produk lalu saya berpikir bahwa hadiah yang dapat itu susah untuk dijual karena tidak begitu banyak orang yang butuh lalu saya terpikir untuk menukarnya dengan handphone Nokia E91 dan lemari es. Ngomong-punya-ngomong saya kemudian di minta menyerahkan uang Rp. 1.000.000,- sebagai tanda jadi dan uang tersebut akan dikembalikan kepada saya pada saat launcing produk nanti dan sebagai gantinya pada saat launcing saya harus membeli minimal satu jenis produk Deverse apa saja lalu sisa uang akan dikembalikan utuh. Saya bilang saya tidak punya uang, tapi mereka tidak percaya. Mereka minta saya menarik uang dahulu di ATM. Saya bilang saya bisa pergi sendiri tapi anehnya SPG-nya meminta temannya ikut menemani saya mengambil uang di ATM. Saya menolah dong dan mengatakan bahwa saya tidak terbiasa mengambil uang dengan ditemani orang yang tidak saya kenal sebelumnya. Lalu mereka berusaha maklum sambil mencari cara lain utnuk membujuk saya. Mereka menanyakan apakah saya memiliki uang cash atau saya mau kartu ATM saya digesek di dalam toko itu saja. Saya kembali menolak dan mengatakan saya tidak memiliki uang cash sebanyak itu. SPG it uterus merayu saya sambil terus menjelaskan kelebihan saya jika memakai produk Deverse, seperti misalnya saya akan menadapatkan kesempatan untuk diundi kembali dan akan diberangkatkan di Bali dan Batam yang mana semua akomodasi seperti tiket dan semacamnya ditanggung, uang belanja setiap bulan Rp. 500.000,- dan lainnya. Akhirnya saya kembali diminta menandatangani formulir yang sama sekali saya tidak diberiathukan jelas apa fungsinya dan saya seperti terhipnotis dan saya mau saya. Saya kembali diminta memikirkan kembali kesempatan emas ini dan lagi-lagi saya terbius dengan mulut manis si SPG dan saya pun memberikan uang sebesar Rp. 1.000.000,- dan setengah sadar saya masih bertanya bila saya mau batal gimana? SPG yang lain bilang, ‘oh nanti saya Tanya kembali kepada pusat, gimana?’ sambil berlalu membawa uang Rp. 1.000.000,- saya ke satu ruangan kecil yang lain. Saya lalu diajak ngobrol oleh SPG yang tadi menarik saya masuk lalu saya mulai sadar akan kebodohan saya ketika saya memperhatikan dengan detail hadiah barang yang saya terima. Kalau menurut perhitungan saya, total hadiah jika dirupiahkan tidak sebesar daripada yang tadi dijelaskan oleh SPG itu. Saya pun berontak dan minta uang saya kembali. SPG itu panic lalu mencari temannya untuk meminta tolong membujuk saya. Saya tetap ngotot tidak mau bernegosiasi dan mendengar penjelas mereka lagi dan tetap mau uang satu juta saya kembali, utuh titik. SPG-SPG itu heran kenapa saya berubah pikiran lalu membujuk saya kembali. Pembicaraan berlangsung alot dan panas, SPG yang lain sengaja memasang musik keras supaya customer lain tidak mendengar bahwa saya sudah merasa tertipu. SPG itu pamit untuk menelepon pusat dan menanyakan gimana kalau customer batal dan mau berhenti. Saya menunggu beberapa menit lalu saya mendapat kabar bahwa saya tidak dapat menarik uang saya karena saya telah meneken kontrak. Saya kontan marah karena sejak awal saya tidak dijelaskan tentang formulir yang saya tandatangani tadi adalah kontrak dan saya pun tidak dijelaskan apa sanksi jika saya membatalkan kontrak yang mereka maksud. Saya ngotot dan marah-marah. “Saya tidak mau tau, yang saya mau uang saya kembali dengan utuh,” begitu kata saya dengan nada tinggi. ‘Kesal sekali saya ditipu,’ kata saya dalam hati. Mereka kembali mencoba mencari jalan keluar lain. Mereka kembali menelepon pusat lalu memberikan alternative lain yang sama tidak enaknya, uang saya hanya akan kembali 50% (Rp. 500.000,-) dan sisanya dalam bentuk barang. Ini sama saja saya rugi. “Saya tidak mau. Saya tidak eprlu barang saya mau uang saya,” kata saya naik tensi. Mereka pun ngotot tidak bisa dengan alasan saya telah meneken kontrak. Karena melihat saya jerit-jerit dan mengganggu SPG lain dalam menarik mangsa baru, maka mereka kembali menelepon pusat dan saya memaksa untuk bicara dengan orang pusat yang dimaksud. Awalnya saya ngomong baik-baik namun tidak juga mendapatkan jawaban yang memuaskan, malah saya diminta datang ke kantor mereka yang ada di jalan Timor 147 Medan utnuk bertemu dengan manajernya. Saya bersikukuh tidak mau menemui siapa-siapa dan tidak ada urusan dengan manajer tapi saat ini saya hanya minta uang saya kembali. Tapi akhirnya saya tidak mendapatkan apa yang saya mau karena jika saya menolah alternative kedua yang dia tawarkan saya malah tidak akan mendapatkan apapun. Jadi akhirnya saya hanya bisa menelan ludah melihat uang saya kembali Rp. 500.000,- sisanya saya menenteng pulang produk Deverse yang tadi dijanjikan yaitu belender merk U-Rolux. Saya menyesal telah mau mengikuti si-SPG dan saya menyesal sekali telah menyerahkan uang Rp. 1.000.000,- saya kepada mereka. Dan saya pesankan kepada pengunjung Plaza Medan Fair lainnya agar berhati-hati dengan penipuan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Walaupun si SPG bilang ini bukan penipuan dan saya dapat dituntut karena telah mencemarkan nama baik mereka tapi saya kembalikan kepada pembaca surat kabar, Analisa. Silahkan pembaca kaji dan nilai sendiri apakah mereka termasuk telah melakukan penipuan atau tidak. Saya terima kalau pihak Deverse mau menuntut saya melalui jalur hukum karena saya merasa benar dan malah kehilanggan uang Rp. 500.000,- dan harus menerima secara paksa barang yang tidak sesuai dengan hadiah yang saya terima saat pengundian.

Rabu, April 01, 2009

Cinta atau nafsu?

Mutiara duduk di samping Ipang, teman sekompleks sekaligus teman sekolahnya, dibangku lapangan basket yang sudah sepi.
“Woi, melamun aja…. Belum mau pulang?” sapa Mutiara yang datang-datang langsung menepuk bahu Ipang.
“Belum. Tunggu si-Tina, sekalian antarin dia pulang. Tapi, selalu begini deh sengaja lama-lama di kelas.” Ipang menunjukkan muka yang suntuk. Mutiara tidak berani menebak Ipang sudah menunggu berapa lama di situ.
“Kok tidak kamu susul saja ke kelasnya? Lupa mungkin,” hibur Mutiara.
“Tina minta aku tunggu di sini nanti kalau aku nyusul ke sana dia malah judesin aku,” kata Ipang lemah tidak berdaya.
Mutiara bergerutu dalam hati. Apa begini rasanya pacaran? Kayaknya dunia tidak jadi lebih baik deh? Yang ada malah tersiksa. Tidak boleh ini lah-tidak boleh itu lah. mesti gini, mesti gitu. Dunia terasa sempit karena hanya berisi dua karakter yang terus bergelut mencari makna cinta. Huff, Mutiara hanya dapat membuang nafasnya panjang.
Ipang rupanya terganggu dengan nafas Mutiara yang panjang, dia menoleh sesaat lalu mengacak-acak rambutnya sendiri.
Mata Mutiara memperhatikan dengan seksama perubahan sikap Ipang. Semenjak dekat dan pacaran dengan Tina, Ipang lebih mudah sensitive, tidak sabaran, emosian. Kenapa cinta mampu mengubah putih jadi hitam? Atau mengubah yang lembut jadi keras dan sebaliknya?
“Sudah lah. ditunggu bentar aja lagi. Kalau tidak juga ke mari, kita pulang.”
“Baik lah.”
***
Beberapa menit kemudian,
Tina akhirnya muncul bersama segerombolan teman sekelasnya.
“Pang, sorri lama. Teman-temanku ini loh pada minta pulang bareng. Boleh tidak numpangin mobil kamu?” Tanya Tina dengan suara memelas.
Tina menarik lengkungan senyumnya yang mirip senyum bidadari. Kekecewaan Ipang cair sudah… terbang bersama semilir angin yang berhembus entah kemana?
Mutiara tiba-tiba sewot. Ini mau minta pulang bareng atau ngerepotin? Tentunya Mutiara hanya bisa sewot dalam hati karena Ipang pun mangut-mangut saja. Menerima tanpa komentar.
Sial! Mutiara mulai kesal sama namanya, ‘Cinta’.
***
Ketika sampai di pelantaran parkir, mobil Ipang langsung diserbu oleh pasukan si-Tina. Ipang dan Mutiara hanya bisa terbengong ketika melihat Honda Jazz warna biru metalik di hadapan mereka sudah penuh dan hanya menyisakan 2 tempat duduk di depan. Itu tentu tersisa untuk Ipang dan Tina.
Apa Tina sengaja? Emang aku mau di kemana kan? Masa diikat kayak koper di atas? Ya, nggak mungkin lah…
“Ehm, Mutiara sori banget nih tidak muat. Apa kamu mau ikut sesak-sesakan sama teman aku?” Tanya Tina dengan muka tidak berdosa. Matanya yang bulat mengkilat seketika membius Mutiara untuk tidak menuntut lebih kepada Ipang.
Aku hanya melihat ke dalam mobil dengan putus asa lalu membesarkan diri, “Pang, aku pulang sendiri aja. Nanti malam jangan lupa ke rumahku. Bawa tuh DVD Twilight yang kamu janji pinjamkan buatku.”
Ipang mengangguk-angguk, tidak berani banyak bicara, lalu Tina mengamitnya tanpa ampun. Ngelendat-ngelendot mesra di tangan Ipang membuat Ipang risih dilihat teman-teman Tina.
Mutiara tersenyum kecut lalu angkat kaki dari sana.
Tiba-tiba Tina berubah galak, “maunya apa sih si-Mutiara itu? Sudah tau kamu pacaran sama aku masih tetap aja numpangin kamu.”
“Bukan numpang, Tin, cuman sekalian jalan. Toh, komplek rumah kami sama, dekat lagi. Tidak ada masalah dong,” jawab Ipang mencoba menenangkan bidadarinya yang ngambek.
“Awalnya tidak masalah tapi lama-lama aku jadi kesal,” kata Tina judes. Dia masuk ke mobil setelah mengentakkan kaki kuat-kuat. Ipang sulit mengerti apa yang sedang dikhawatirkan oleh Tina.
Tina memang manja, possesif, dan bersifat kekanak-kanakan. Tetapi bagi Ipang, Tina tetap sosok Barbie imut yang menjelma jadi manusia. Sempurna. Dan untuk menjadikan Tina sebagai pacarnya, telah banyak pengorbanan yang dilakukan Ipang.
***
“Hallo, Nak Mutiara,” sapa seorang ibu di seberang telepon.
“Iya Tante Uni. Ada apa?” Tanya Mutiara sopan.
“Kalian lagi ada di mana? Kok belum sampai rumah? Ada apa?” Tanya Tante Uni, mamanya Ipang, dengan nada cemas.
“Ehm, Mutiara hari ini pulang sendiri. Mutiara sih sudah ada di rumah. Emang Ipang belum, Tante?” Tanya Mutiara juga dengan nada cemas.
“Belum. Makanya Tante heran jam segini biasanya Ipang kan lagi main ke rumah Mutiara. Muti tau tadi Ipang pulang sama siapa?”
“Ehm….” Mutiara takut kalau dia bicara jujur nanti Ipang yang akan kena marah.
“Tidak tau soalnya tadi Mutiara pulangnya buru-buru.”
“Oh gitu? Baik lah Tante coba hubungi ke hapenya lagi. Makasih ya Muti,” kata Tante Uni sambil menyelesaikan pembicaraan.
Mutiara gelisah. Hape Ipang blank, di luar jangkauan. Mutiara kembali melihat ke hapenya, pukul 20.30 wib. Oke, tadi siang aku terima, kamu sudah cuekkin aku. Malam ini kamu bahkan lupa janji kamu. lagi, dan lagi.
****
“Mut, ke kantin yuk.”
“Pergi aja sendiri. Aku mau di sini aja sambil baca-baca buku. Katanya akan ada kuis les berikutnya.”
Mutiara hanya beralasan supaya dia dapat menghindari Ipang.
“Ye, nambek yah? Udah kayak kambing aja.”
“Pang, tinggalin aku!” sentak Mutiara kesal.
“Lho, Muti ada apa sih?”
Mutiara keluar kelas sambil membawa buku catatannya. Dia duduk agak jauh dari kelas, berharap Ipang tidak dapat menyusulnya dan bertanya lagi ada apa dengannya saat ini?
***
“Bagaimana nih, Pang…? Aku hamil.”
Ini berita bagai petir di siang bolong.
“Bagaimana bisa hamil Tin? Kan kita selalu pakai pengaman? Apa kamu tidak salah?”
“Aku sudah telat 2 bulan. Tadi aku coba beli test pack dan hasilnya positif, Pang.”
“Ach, sial!” Ipang meninju dinding kamar.
“Tolong, Pang kasih tau aku, aku harus bagaimana?”
“Aku sendiri aja tidak tau mesti gimana sekarang?”
“Tapi, ini anak kamu, Pang. Kamu mesti tanggung jawab.”
“Lho, aku dan kamu melakukan itu selalu pakai pengaman dan aku selalu menjaga agar tidak buang dalam rahim kamu tentu saat ini aku tidak bisa menerima berita kalau kamu hamil.”
“Jadi maksud kamu aku ada maen sama laki-laki lain lalu memintamu bertanggung jawab? Aku tidak selicik itu, Pang. Ini memang anak kamu!” teriak Tina memecah kesunyian kamar Tina siang itu.
“Tapi, sekarang aku tidak bisa memastikan anak siapa itu?” kata Ipang mencoba membela diri.
“Brengsek kamu, Pang. Asal kamu tau… sebelum aku melakukan hubungan itu sama kamu aku benar-benar masih gadis. Aku kira aku telah menyerahkan keperawanan aku kepada orang yang tepat dan benar-benar mencintai aku tapi ternyata kamu tidak ada bedanya dengan bajingan!” teriak Tina sambil memukul badan Ipang.
“Aku bajingan? Lalu kenapa dengan mudahnya kamu mau menyerahkan keperawanan kamu? Tidak kah itu begitu murah bagi kamu?”
“Sudah cukup, Pang! Aku tidak ingin berdebat lebih panjang sama kamu. Aku hanya minta kamu tanggungjawab!” miris Tina mengiba.
“Aku belum siap, Tina. Keluarga aku tidak akan bisa terima kalau aku bilang aku telah tidur denganmu dan saat ini kamu hamil anakku.”
“Bagimanapun kamu harus mencari caranya, Pang. Apa kamu harus tunggu sampai kandunganku besar dulu baru kamu ngomong sama orang tua kamu?”
“Aku tidak siap, Tina… Kamu minum saja jamu. Aku akan membawa kamu pergi ke tukang jamu sekarang. Kita gugurkan selagi bisa.”
“Pang, tolong kamu berpikir dengan hati nurani kamu. Tega kah kamu membuangnya dari rahim aku?”
“Tentu kita harus tega, demi masa depan kita!”
“Tapi, aku tidak bisa.”
“Kamu tidak bisa dan mau menyerah begini? Lalu apa yang mesti kamu katakan pada orang tuamu?”
“Aku tidak tau…”
“Ikutin saranku.”
“Tidak!”
“Terserah!”
****
Beberapa minggu kemudian,
Ipang dan Tina bertemu di Mall siang ini untuk membicarakan kembali rencana menggugurkan janin di perut Tina.
“Aku telah berpikir dan juga tidak bisa menemukan caranya. Jikalau aku ada di posisi kamu aku pun tidak akan tega membunuh janin itu. Tapi, ini sungguh di luar dugaan kita. Dia tercipta tapi kita tidak menginginkan kehadirannya.”
“Lalu kamu suruh aku buang dia? Dia tercipta karena dosa kita berdua lalu kamu minta aku membunuhnya sebagai pelampiasan? Aku tidak mau buat dosa untuk kedua kalinya.”
“Tapi, apakah kamu sadar bahwa mempertahankannya juga masalah bagi kita?”
“Aku tidak perduli. Sesaat setelah aku tau aku hamil aku harus siap dengan segala resiko yang ada termasuk dikeluarkan dari sekolah atau diusir oleh orang tuaku.”
Ipang menutup mukanya dengan tangan lalu berpikir dengan sangat keras.
“Kamu memang wanita yang terkuat yang pernah aku jumpai. Baik lah, aku yang telah berbuat aku juga lah yang harus bertanggungjawab.”
“Aku akan membicarakan semua ini sama orang tuaku dan all be okay,” kata Ipang mengelus tangan Tina.
Tina hanya tersenyum kecil diperlakukan begitu.
***
“Dasar anak kurang ajar! Masih sekolah kelas 2 SMA aja kamu sudah menghamili anak orang!” histeris Mama Uni mendengar kabar bahwa Tina hamil.
“Malu, Pang…! Selama ini Mama percaya sama kamu tapi begini kamu mengkhianati Mama. Terlalu berani kamu!”
“Mau kamu kasih makan apa dia?” Tanya Mama Uni dengan bola mata yang hampir melompat keluar.
“Tidak akan segampang yang kamu kira. Membina rumah tangga di usia sedini kalian. Mau mama jelaskan bagaimana sama Papa nanti?”
“Ma, tolong jangan kasih tau Papa.”
“Lalu kamu mau suruh Mama gimana?”
“Ipang khilaf, Ma.”
“Jangan mudah bilang khilaf. Kamu sudah buat satu kesalahan besar dan dengan mudahnya kamu bilang khilaf. Malu, Mama benar-benar malu punya anak kayak kamu!”
Tangan Mama ringan melayang ke pipi Ipang.
“Pang, kamu harus tanggung jawab.”
“Tapi,” Ipang menatap Mama dengan wajah mengharap.
“Tidak ada tapi-tapi. Besok kamu dan Mama akan ke rumah Tina dan melamarnya.”
“Ipang masih ingin sekolah.”
“Masih kepikiran sekolah kah kamu sejak kamu mulai pacaran sama Tina? Masih bisa kamu ingat sekolah sedangkan kamu berani mengecap apa yang belum saatnya kamu rasakan?”
“Ipang tidak mau menikah.”
“Astaga, jadi mau kamu apa?”
“Ipang mau minta Tina gugurkan saja anak itu lagipula itu belum tentu anak Ipang.”
“Mama tidak setuju! Kamu keterlaluan, kamu tidak bisa menyuruh Tina begitu. Itu membahayakan, Pang. Bisa-bisa nyawa Tina pun terancam karena dokter yang menangani pengguguran itu tidak berpengalaman. Bukan anakmu, lalu Tina buat sama lagi? Jangan sembarangan bicara kamu, Pang!”
“Setidaknya setelah digugurkan semua akan berjalan normal kembali.”
“Bunuh saja Mama…. Mama sedih kalau dengar anak Mama sekarang jadi begini!”
“Berani kamu berbuat, harus lah kamu berani juga mempertanggungjawabkannya.”
Ipang tertunduk.
****
“Mutiara…,” sapa Tina saat berjumpa dengan Mutiara di halaman sekolah saat mau masuk sekolah.
“Ya,” jawab Mutiara pendek. Ada apa nih pagi-pagi sudah jumpain aku?, pikir Mutiara.
“Maaf, aku bisa bicara empat mata sama kamu?”
“Penting yah?” Tanya Mutiara rada cuek.
“Iya.”
“Sekarang?” Tanya Mutiara lagi sok jual mahal.
“Iya.”
“Di sana aja, aku butuh ketenangan untuk bicara.”
Bicara empat mata, penting, dan ketenangan. Tiga clue yang rada aneh dan hati Mutiara mulai tidak tenang.
Mutiara mengikuti langkah Tina. Sesampainya mereka di tempat yang dimaksud, Tina segera mempersilahkan Mutiara duduk.
Tanpa membuang waktu lebih banyak Mutiara bertanya duluan, “ada apa, Tina?”
“Aku mohon kamu bujuk Ipang untuk…untuk…” ragu-ragu Tina menjelaskan.
“Untuk apa?”
“Bertanggungjawab atas anak ini,” kata Tina sambil menunjuk perutnya.
“Maksud kamu, Tina?”
“Aku hamil anaknya dan usia kehamilanku sudah jalan 1 bulan.”
Mutiara seakan-akan tercekik seketika.
“Ipang minta aku menggugurkan anak ini. Tapi, aku takut… kamu lihat sendiri kan berita akhir-akhir ini. Sungguh menakutkan, sudah banyak yang meninggal gara-gara menggugurkan kandungannya di bidan tidak berizin.”
Mata Tina mulai berair.
“Apa tidak ada cara lain, Tina?”
“Itu dia. Aku juga tidak mau buat dosa lagi. Aku hanya mau menebus dosa-dosa aku dengan melahirkan anak ini lalu membesarkannya.”
“Tapi, sekolah kalian bagaimana? Keluarga kalian?” tanyaku seakan-akan tidak memperdulikan perasaan Tina yang kacau balau.
“Aku tidak peduli. Setelah aku melahirkan mungkin aku bisa mendaftar lagi di sekolah lain. Keluargaku pasti bisa mengerti asal Ipang mau tanggungjawab. Tapi, keluarga Ipang aku tidak tau. Aku bahkan tidak tau rumah Ipang dimana?”
“Lalu, kamu mau aku bantu kamu apa?” tanyaku berat.
“Bantu pertemukan aku dengan orang tuanya. Bila aku tidak dapat kepastian tanggungjawab dari Ipang, aku harap mendapatkannya dari orang tuanya. Dan aku mesti menjelaskan semuanya sebelum usia kandungan aku makin besar dan Ipang tidak mau mengakuinya.”
“Tidak mungkin Ipang tidak mau mengakui janin dalam kandungan kamu anaknya. Kan kamu hanya melakukan itu sama dia.”
“Iya. Tapi, Ipang menolaknya.”
“Tina, aku turut prihatin kalau Ipang begitu. Mungkin dia belum siap menerima kabar ini, tapi percaya lah kalau dia pasti juga memikirkan masa depan kalian.”
“Mutiara kamu bisa bantu aku kan?”
“Tentu. Tentu kamu harus mendapatkan keadilan yang seharusnya kamu dapat.”
“Terima kasih, Muti.”
“Itu lah gunanya teman. Ada saat kamu butuhkan dan selalu menemani di setiap keadaan apapun.”
“Bila dulu aku iri dengan kedekatan kamu dan Ipang aku minta maaf.”
“Tenang aja. Ipang an sudah membuktikan kalau wanita yang dia pilih itu, kamu. Kamu dan dia kan telah menyatu menjadi satu darah dalam perut kamu ini.”
“Muti kamu benar-benar begitu dewasa. Pantas saja Ipang selalu menasehati aku supaya banyak belajar dari kamu.”
“Baik lah, sekarang kayaknya sudah saatnya masuk kelas deh.”
“Bagaimana dengan rencana kita bertemu dengan orang tuanya Ipang.”
“Pulang sekolah nanti aku antar kamu ke rumah Ipang.”
Tina mengangguk-angguk.
****
“Tante Uni…”
“Iya, Nak Muti masuk saja…”
“Iya.”
“Tante, maaf Mutiara bawa temen Ipang dan Mutiara,” kata Mutiara saat menjumpai Tante Uni di dapur.
“Siapa yah?” Tanya Tante Uni sambil menunjukkan raut muka aneh.
“Saya Tina.”
“Astaga. Kamu rupanya. Ngapain datang ke mari?”
“Saya mau jelasin semuanya.”
“Jelasin apa lagi? Semua sudah dijelasin sama Ipang.”
“Lalu bagaimana, Tante?” Tanya Tina rendah.
“Bagaimana apanya?”
“Ipangnya sendiri bagaimana, Tante? Apa sudah mau bertanggungjawab?”
“Kita bicarakan di ruang tamu saja.”
“Jadi begini Nak Tina. Walaupun sebenarnya Tante sangat kecewa dengan perbuatan kalian berdua tapi Tante tetap izinkan kalian menikah demi kejelasan status anak yang kamu kandung. Tante akan berusaha menjelaskan pada papa Ipang lalu kami akan segera merencakan pernikahan kalian.”
“Syukur lah Tante soalnya perut Tina semakin hari pasti semakin besar. Setidaknya dengan menikah sesegera mungkin akan menutupi aib ini.”
“Nak Tina tenang saja. Setelah melahirkan Tina masih boleh sekolah dan melanjutkan masa depan Tina.”
“Makasih, Tante..”
****
“Menikahkan Ipang?” Tanya Papa dengan mata membulat. Bangkit dari ranjang lalu berpindah ke sofa yang menghadap televisi. Tangan Papa meraih remote lalu menghidupkan televisi.
“Iya, Pa.” Mama mendekati Papa.
“Kenapa tiba-tiba, Ma? Bukannya Ipang masih kelas dua?”
“Tapi, Ipang sudah pacaran lama dan katanya sudah cinta sekali sama Tina.”
“Lalu? Mereka rencana menikah? Pasti ada alasan lain, tidak mungkin mereka tiba-tiba punya pikiran menikah sedangkan mereka baru kelas dua.”
“Pa, Ipang serius lho waktu bilang sama Mama.”
“Serius bagaimana? Uang saja belum bisa dia cari sendiri kok. Mau nikah pake uang siapa? Begitu saja kok Mama tanggapin?”
“Pa, coba deh kasih jalan daripada mereka buat yang tidak-tidak di luar mendingan kita nikahkan saja.”
“Selama Mama belum bisa kasih Papa alasan yang jelas kenapa Ipang tiba-tiba mau nikah sama Tina.”
“Ehm, Papa mau penjelasan yang gimana?”
“Ya, kamu sebagai istri harus jujur sama suami. Masa kamu mesti tutup-tutupi sesuatu sama suami kamu sendiri.”
“Janji kamu jangan bunuh anakmu kalau kamu tau yang sebenarnya. Aku tau emosi kamu.”
“Aku tau cara mengendalikannya sekarang,” kilah Papanya Ipang.
“Anakmu telah menghamili Ipang. Tadi Tina datang ke mari sama Mutiara minta pertanggungjawaban Ipang, sedangkan anakmu sudah dua hari tidak masuk sekolah supaya tidak bertemu Tina yang terus-menerus meminta pertanggungjawaban.”
“Astaga, Ma… kenapa hal sebesar ini tidak langsung kamu komunikasikan sama Papa? Kenapa?”
“Aku takut kamu akan menghukum anakmu atau malah membunuhnya karena kesalahannya.”
“Tapi, membiarkan dia lari dari tanggungjawab juga bukan perbuatan yang baik kan, Ma?”
“Mama bukannya tidak mau menceriatakan pada Papa segera cuman Mama tidak sanggup menceritakan ini.”
“Seharusnya kamu menceritakan sesegera mungkin, masalah apapun yang terjadi di rumah ini. Aku bisa membantumu mencari solusi.”
“Menurut Papa, seharusnya kita bagaimana?”
“Ya, tidak ada cara lain. Nikahkan mereka.”
“Ipang tampaknya tidak siap.”
“Bagaimana kamu ini? Kamu yang sarankan menikahkan mereka tapi kamu bilang Ipang belum siap sebenarnya anak itu maunya gimana?”
“Dia minta Tina menggugurkan kandungannya lagipula baru berumur 1 minggu.”
“Astaga, Ma… Sejak kapan kamu jadi punya pikiran selicik itu? Ingat itu dosa, membunuh janin yang tidak berdosa. Dia sudah menjadi makhluk hidup sejak dibentuk.”
“Siapa bilang Mama setuju? Kasihan anak orang. Kalau selamat, kalau tidak? Gimana tanggungjawab lagi sama orangtuanya?”
“Ya sudah. Besok mau tidak mau Ipang harus ikut kita ke rumah Tina, segera kita melakukan pertemuan keluarga dan segera atur pernikahan mereka.”
“Iya.”
****

Ipang meminta izin dan maaf ke orangtuannya karena perbuatannya saat ini orang tuanya harus menanggung semua biaya pernikahannya dan biaya hidupnya bersama Tina.
“Ipang, kekecewaan Papa mudah-mudahan bisa kamu tebus dengan usaha kamu membina rumah tanggamu dengan baik.”
“Papa, Ipang janji akan menjadi kepala rumah tangga yang baik. Ipang akan belajar mencari uang sendiri, menghidupi sendiri rumah tangga Ipang.”
“Bagus, Nak.”
****

“Muti, kamu datang ya ke pesta pernikahan kami berdua,” kata Ipang dan Tina yang mengantarkan undangan ke rumahnya.
“Pasti dong, Sob. Aku bantu jadi penerima tamunya yah.”
“Wah, terima kasih banget kalau kamu mau.”
“Kan rumah kamu dekat sama aku malu dong kalau tidak bantu apa-apa.”
“Iya. Sekali lagi makasih ya…”
Pesan buat teman-teman : Jangan pernah mencoba yang namanya seks jika memang belum siap. Siap di sini maksudnya siap mental dan siap materi. Karena ada kehidupan setelah hari ini yang mesti dipikirkan. Ada begitu banyak lika-liku kehidupan yang tidak dapat ditebak yang dapat terjadi esok. Jangan pernah terlena dengan kenikmatan sementara yang akan berujung penyesalan seumur hidup. Kita tidak dapat memutar waktu dan tidak dapat memperbaiki kesalahan lagi, sekali terjadi seumur hidup akan menjadi noda hitam di cacatan hidup kita. Apapun cerita enaknya, seberat apapun tantangan dan seberat apapun godaannya…. Kita harus tetap mempertahankan yang namanya harga diri… jangan pernah menyerahkan keperawanan kepada laki-laki yang belum punya status kuat, seperti suami. Karena seberapa cinta pun dia saat pacaran itu akan menjadi nonsen saat dia sudah mendapatkan apa yang menjadi milikmu yang berharga itu. yang mau sharing-sharing silahkan saja di email SilviaPinny@yahoo.com atau kunjungi blog aku di Pinkpinnysspecialblog.blogspot.com.
Cerita apa aja, Tanya apa aja atau komentar apa aja masih dipersilahkan dan belum dipunggut biaya sepeser pun. Hehehe… Thanks….

Senin, Maret 16, 2009

Jika kita mencintai seseorang

Jika kita mencintai seseorang, kita akan senantiasa mendo’akannya walaupun dia tidak berada disisi kita.



Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita ? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah Cinta …



Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi, jika kamu masih tidak dapat melupakannya.



Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan, walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.



Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya. Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.



Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterimakasih atas karunia tersebut.

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat.



Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.



Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki hati seorang gadis, ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah. Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut, tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu, hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehingga kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena perginya tanpa berkata lagi.



Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya. Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.

Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.



Kemungkinan apa yang kamu sayangi atau cintai tersimpan keburukan didalamnya dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan didalamnya.

Cinta kepada harta artinya bakhil, cinta kepada perempuan artinya alam, cinta kepada diri artinya bijaksana,

cinta kepada mati artinya hidup dan cinta kepada Tuhan artinya Takwa.

Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan.
Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.

Seandainya kamu dapat berbicara dalam semua bahasa manusia dan alam, tetapi tidak mempunyai
perasaan cinta dan kasih, dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung atau sekedar canang yang gemericing.

Cinta adalah keabadian … dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.

Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak seorangpun pandai menilai cinta karena cinta bukanlah suatu

objek yang bisa dilihat oleh kasat mata, sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati dan perasaan.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dahsyatnya cinta.

Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak merubahnya menjadi
gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan didalam dirinya.

Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. Namun apabila sampai saatnya itu,
raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut kemulut tetapi cinta adalah
anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai
itulah yang sukar diperoleh.

Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan, lebih baik cinta itu tak pernah hadir.



Ditulis dalam Cinta, Wanita